MUHAMMADIYAH di Sumatera Barat, bila tidak ada aral melintang, pada 23-25 Desember 2022 ini di Padang, akan menggelar musyawarah wilayah (musywil) ke-42. Bersamaan dengan itu, Aisyiyah yang merupakan organisasi otonom Muhammadiyah, juga akan melaksanakan agenda serupa.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar saat ini; Dr. H. Shofwan Karim Elhussein memutuskan untuk tidak maju lagi. Keputusan itu didukung oleh tidak adanya nama beliau dalam daftar calon sementara, sebagaimana sudah diumumkan oleh panitia pemilihan yang diketuai Dr. Murisal dan Nasrul, MA, mulai Ahad (11/12) ini.
Ada 106 nama calon sementara yang sudah dijaring panlih. Mereka diharuskan melengkapi persyaratan hingga 17 Desember 2022 ini, di antaranya surat pernyataan bersedia dicalonkan dan surat pernyataan atau pakta integritas. Ketua surat itu harus dilengkapi materai cukup.
Kenapa harus membuat surat pernyataan kesediaan? Berbeda dari banyak lembaga yang pimpinannya juga dijaring melalui pencalonan diri. Di Muhammadiyah, para calon sementara itu tidak mencalonkan diri, tetapi dicalonkan oleh lembaga yang berhak, termasuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang ada di wilayah kerja PWM.
Inilah kejutannya: Di dalam daftar nama calon sementara itu 'terselip' nama Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Dr. Riki Saputra dan Pimpinan Pesantren Kauman Dr. Derliana. Keduanya adalah top manager di amal usaha Muhammadiyah. Entah bagaimana jadinya nanti, bila keduanya terpiluh menjadi pimpinan. Apakah mereka akan mundur dari memimpin amal usaha Muhammadiyah atau tetap duduk di posisinya saat ini, plus jadi pimpinan Muhammadiyah juga.
Derliana adalah calon perempuan. Nampaknya dia bukanlah satu-satunya calon pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat saat ini. Selain Derliana, ada juga nama ketua Pimpinan WIlayah Aisyiyah saat ini; Hj. Meiliarni Rusli. Kenapa tidak dicalonkan menjadi Pimpinan Wilayah Aisyiyah saja, yang pada waktu bersamaan juga akan melaksanakan musyawarah wilayah?Â
Adalah benar, saat ini kaum perempuan dimungkinkan untuk menjadi pimpinan Muhammadiyah. Secara aturan dan konstitusi hal itu dibolehkan. Kini tergantung lagi kepada raso pareso (rasa dan periksa), sebagai bagian penting dalam bentuk kearifan lokal di Minangkabau. Selain raso pareso, ada juga patuik jo mungkin. Kalau memang sudah sepatutnya, apakah itu sudah memungkinkan.
Kejutan lain adalah munculnya nama sejumlah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di dalam daftar calon sementara. Entah karena apa, tentu soal niat dan motivasi ada pada diri masing-masing. Cuma, heran saja.
Ketua PDM yang tercantum dalam daftar calon sementara itu, antara lain Afrijal Harun dari Kabupaten Solok, Amirudin (Padang Panjang), Asril Syamsu (Payakumbuh), Habibullah (Pasaman), Ismail Novel (Bukittinggi), Maigus Nasir (Padang), Ronaldi (Pasaman Barat), dan Yuliasman Khas (Tanah Datar).
Sebanyak 106 nama yang sudah muncul itu adalah calon sementara. Nama-nama itu akan dicek kelengkapan persyaratannya oleh panitia pemilihan, lalu kemudian diajukan ke forum Musyawarah Pimpinan (Muspim) Wilayah Muhammadiyah Sumbar. Biasanya nama yang akan ditetapkan sebanyak 39, lalu kemudian dipilih peserta musywil sebanyak 13 orang. Angka itu tidak mutlak, tetapi bisa berubah, tergantung keputusan musypim dan musywil.