Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Susi menampar Wajah kita

29 Oktober 2014   03:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:22 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia politik heboh dengan ditunjuknya Susi Puji Astuti (Susi) sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Sebagian publik memberikan apresiasi dengan mengakui “kegigihan” membangun usaha dari nol. Perusahaan PT ASI Pujiastuti Marine Product yang bergerak di bisnis perikanan dan Susi Air yang merupakan maskapai sewa dengan hampir 50 pesawat propeler jenis Cessna Grand Caravan dan Avanti. Dari dua perusahaan itu, Susi bisa menghidupi ribuan karyawan. Susi juga dikenal sebagai Wanita pertama dengan pesawat Cessna berhasil menembus Meulabouh pasca Tsunami di Aceh.

Namun sebagian lain apriori dengan gaya “nyentrik” dan “cueknya'. Usai disebutkan namanya oleh Jokowi dalam sesi perkenalan Menteri, dia cuek mengambil rokok meminta awak media untuk sejenak “menghentikan” wawancaranya dan memberikan kesempatan untuk “merokok”. Dirinya juga memiliki tato. Dua hal itu masih dianggap tak lazim di Indonesia, apalagi bila dilakoni perempuan.

Sikap apriori dilihat dengan gaya urakan. Susi melawan mainseat perempuan Indonesia yang digambarkan “bersikap sopan”, “kemayu, menjaga citra, pakai sanggul, klimis dan ayu. Susi melawan mainseat.

Sikap ini kemudian mencibir dan kemudian menghujat. Tentu saja juga dilihat latar belakang kehidupan perkawinan dan pendidikan yang cuma tamat SMP (kelas 3 SMA drop out).

Dunia heboh. Sebagian mengagumi kiprahnya. Sebagian lagi menghujat.

Namun yang menarik perhatian saya, bukan hujatan ataupun pujian terhadap Susi. Tapi sindiran kelas menengah di Indonesia yang menghujat pendidikan Susi yang cuma tamat SMP. Kelas menengah Indonesia “menggunakan ukuran” kelas elite. Titel berjubel, pakaian yang sopan, gaya yang parlente.

Saya tersentak. Bagaimana mungkin sikap kelas menengah di Indonesia yang “menghujat” habis-habisan “seakan-akan” Susi tidak pantas menduduki Menteri. Menggunakan ukuran nilai dari menara gading.

Pendidikan membebaskan

Hampir setiap tahun, Indonesia menghasilkan ratusan ribu sarjana. Namun harus diakui pendidikan di Indonesia kemudian “hanya” berhasil mencetak tukang. Hanya menjadikan kaum terdidik sebagai teknorat semata.

Hampir praktis, sedikit sekali yang mau menoleh kepada Paulo Freire, pendidik multikultural yang mengabdikan dirinya kepada pendidikan yang memihak kepada penindas.

Pesannya jelas. Pendidikan selalu merupakan tindakan politis. Padahal pendidikan harus menegaskan pertanyaan seperti “apa ? Mengapa ? Bagaimana ? Untuk tujuan apa ? Bagi siapa ?. Pertanyaan itu sering disampaikan dalam diskusi-diskusinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun