Seluma. Pasti kita mengernyitkan kening mendengar kata Seluma.
Ya. Seluma nama sebuah Kabupaten di Bengkulu. Sebelumnya Seluma termasuk kedalam Kabupaten Bengkulu Selatan. Kemudian tahun 2003, Kabupaten Bengkulu Selatan dimekarkan menjadi Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma.
Kata Seluma artinya “cabang dari dua sungai”. Satu sungai mengilir ke Sungai Musi sedangkan satu lagi mengilir ke Sungai Bengkulu.
Versi yang lain, kata “seluma” berasal dari kata “seluma” yang berarti “siluman”. Siluman bukan berarti “makhluk halus” tapi “bisa menghilang”.
Tidak ada yang istimewa bagi masyarakat umum mengenai Kabupaten Seluma. Selain “hanya” dikenang” kasus Korupsi Bupati Seluma, Murman Effendi, pertengahan tahun lalu dan kemudian Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Seluma, Bengkulu, Zaryana Rait ditahan KPK Juni 2013.
Perjalanan ke Seluma ditempuh 64 km arah selatan dari Bengkulu. Namun perjalanan tidak terhenti Ibukota Seluma. Perjalanan dilanjutkan ke Desa Rawa Indah yang berjarak 22 km. Sebuah desa yang berkonflik dengna PT. Agri Andalas.
Jangan membayangkan perjalanan “nikmat' dari Seluma ke Rawa Indah. Daerah yang terletak di sepanjang pesisir barat Sumatera harus ditempuh melewati jalan yang tepatnya seperti “kubangan kerbau”. Jalan yang biasa dikenal “Jalan Inggeris”, tidak bisa ditempuh dengna kendaraan biasa. Ketika hari hujan, maka “jangan harap” bisa menggunakan kendaraan biasa. Harus ditempuh dengan kendaraan “double gardan”. Kendaraan yang biasa dipakai sebagai kendaraan “offroad”.
Perjalanan sempat terhenti, ketika mobil “terkapar” di tengah “kubangan kerbau”. Entah memang karena belum “double gardan” belum dipasang, panic atau belum membaca “karakter” jalan. Air sempat masuk kedalam knalpot kendaraan, mesin mati.
Saat kendaraan “terbenam”, mesin mati, ada ketakutan mobil akan terhenti di jalan. Ketika dihidupkan beberapa kali tidak mau. Air kemudian masuk kedalam knalpot mobil. Dibutuhkan “ketenangan” untuk kembali masuk kedalam mobil. Saat starter kendaraan, terdengar suara seperti “mesin pongpong”. Untunglah dengna perlahan mesin mau hidup. Suaranya terdengar keras, asap hitam mengepul. Sembari memijak pedal, suara mesin “diusahakan” stabil, “double gardan' dipasang, barulah mobil keluar dari “kubangan kerbau”.
Memang Harus diperlukan “feeling” melihat lekukan jalan, melihat arah air dan “membaca” ke arah mana jalan yang hendak ditempuh. Selain itu dipastikan mobil harus “ready”, yakin dengna kekuatan mobil dan tentu saja harus didampingi “navigator” handal dan “instruktur” yang “sabar” menuntun.