Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nasib KPK di Era Jokowi

7 Mei 2015   00:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:18 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika Jokowi dilantik Presiden usai memenangkan pertarungan pilpres dengan perbedaan suara yang cukup tipis, publik berharap, harapan yang sempat digemakan sejak pilpres mulai didengungkan. Harapan Jokowi yang dianggap bersih dari berbagai masa kelam dan kaitan orde baru akan sinergi di KPK sebagai salah satu lembaga yang kredibel cukup dipercaya.

Dua sentrum harapan ini kemudian menemukan batu ganjalan ketika Jokowi menyodorkan nama Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai calon Kapolri. KPK kemudian menetapkan BG sebagai tersangka dalam dugaan gratifikasi menjelang uji kelayakan. Pertarungan kemudian menjadi terbuka.

Dengungan “kekesalan” bertemu pada satu titik. Koalisi Indonesia Baru (KIB) dan koalisi Merah Putih (KMB) yang sempat berseteru dalam pilihan pimpinan MPR dan DPR kemudian “bersepakat” menerima BG sebagai calon Kapolri.

Perhitunganpun keliru. Semangat pemberantasan korupsi di KPK dan dapat ditularkan kepada Jokowi menemui persoalan politik yang cukup serius.

Jokowi yang tersudut mulai mempertimbangkan analisis politik. Menarik kembali tanpa dukungna publik pencalonan BG sebagai Kapolri akan menimbulkan riak politik yang mudah dipatahkan di tengah jalan. Namun tetap meneruskan pencalonan BG akan berhadapan dengan publik yang kadung sudah memberikan apresiasi kepada KPK.

Perhitungan semakin tersudutkan. Putusan praperadilan yang memenangkan BG semakin “memperkeruh” KPK.

Belum usai KPK 'merecovery” dari putusan praperadilan, penetapan tersangka kepada trio KPK (Abrahaman samad/AS, Bambang Widjojanto/BW dan Novel Baswedan/NB) semakin membuat KPK semakin sulit terkonsolidasi.

Strategi jitu yang kemudian menetapkan Komjen BH sebagai Kapolri tidak meredakan polemik KPK dengan Kepolisian. Bahkan rentetan penetapan trio KPK semakin membuat KPK semakin lunglai. KPK mulai kehilangan asa dan sibuk berkonsentrasi menghadapi bahaya yang semakin memborbardir.

Namun KPK bukanlah “makhluk sakti” yang tidak tahan ujian.

Diibaratkan dalam film animasi avatar, KPK menghadapi gempuran dari berbagai penjuru mata angin. Berhadapan air, tanah, api dan udara.

Dalam serial Avatar, Pengendali air merupakan seni bela diri kemampuan untuk mengontrol air, uap dan es. Jurus ini dapat diibarkan dalam Tai Chi dalam gerakan lambat dan elegan seperti air yang mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun