Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi, Hero to Zero

27 Juni 2016   16:03 Diperbarui: 27 Juni 2016   17:45 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Usai sudah pertandingan sepakbola Copa Amerika yang mempertemukan final Argentina dan Chile. Hasilnya kemudian memilukan. Argentina dikapteni Lione Messi kembali pulang kandang. Gagal di Final setelah sebelumnya juga gagal di final.

Banyak yang memuja Messi selangit. Messi dianggap “manusia ajaib” dari galaksi lain yang turun ke bumi. Pertandingan klasik antara Real Madrid dan Barcelona sering mempertemukan megabintang “Ronaldo” dan Messi. Keduanya dianggap sebagai bintang dan penentuan di klub masing-masing.

Namun pelan tapi pasti. Strategi permainan sepakbola “tidak ditentukan” oleh seorang pemain bintang. Dengan ketus Sir Alex Ferguson berujar “saya tidak perlu pemain bintang. Saya perlu pemain sepakbola” Ujaran Ketus ketika dia “mengistirahatkan Becham” yang tidak disiplin latihan.

Berbeda dengan Ronalo. Messi belum banyak memberikan kontribusi kepada Timnas. Lambang nasionalisme. Meminjam istilah “Maradona”. Tidak perlu penghargaan apapun apabila tidak memberikan gelar apapun.

Lihatlah bagaimana Messi dengan dream tim seperti Angel di Maria, Javier Mascherano, Gonzalo Higuan, Kun Aguero, Nicholas Otomendi, Javier Pastore yang banyak bermain di liga Eropa, ketika memasuki pertandingan Copa America. Walaupun sampai ke Final, namun “aura” pertandingan liga America Latin berbeda dengan Liga Eropa.

Pertandingan keras dan “sedikit kasar”, penuh kontak fisik dan bentrokan antara pemain, perebutan bola di udara dan umpan panjang di lapangan tengah “tidak sesuai” dengan karakter Messi yang “indah” memainkan bola dari kaki ke kaki (tiki taka). Walaupun Argentina bertemua Chile di final, namun Messi tenggelam dan tidak kelihatan “sentuhan magis”nya.

“Sentuhan magis” Messipun hilang ketika Messi kemudian gagal menendang bola di titik putih adu Pinalti.

Padahal Messi yang dianggap “titisan dewa” dari langit ketujuh selalu dipuja-puja dalam setiap kejuaraan piala Klub Eropa. Headline dan berita “magisnya” menghiasi media massa Eropa.

Gagalnya Messi telah saya perhatikan ketika Messi memperkuat Timnas Argentina tahun 2010. Dalam Perempat final piala dunia 2010, justru Argentina “dihajar” Jerman 4-0. Jerman kemudian juga menghajar Argentina di kejuaran yang sama tahun 2014. Walaupun angkanya tidak mencolok.

Lalu dimana “persoalannya “ ?

Ya. Ini pertandingan sepakbola. “Magis Messi” selalu disuplai bola dari gelandang-gelandang terbaik di Barca. Messi tidak mendapatkan dukungan “suplai” bola dari gelandang-gelandang di timnas Argentina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun