Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres Tidak Asyik

28 Agustus 2018   04:27 Diperbarui: 28 Agustus 2018   04:33 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasanya dunia mau kiamat. Status di FB atau media massa online bersileweran saling berganti antara satu pendukung dengan pendukung lain. Mulai dari mempromosikan hingga saling mencela antara satu dengan yang lain. Tidak ada lagi gagasan program ataupun mempromosikan candidate masing-masing.

Entah sudah termakan provokasi atau cuma sekedar mendukung yang bersifat buta, cuma membaca judul maka kedua pendukung menderu seperti angin. Tidak ada lagi guyonan ataupun saling bercanda sesama pendukung. Bahkan disetiap akhir postingan kemudian selalu kemudian menyindir bahkan menghina kelompok lain.

Di Asian Games, pesta yang harus dirayakan kemudian dirusak dengan pernyataan yang mengecilkan arti dari pesta. Pembukaan Asian Games yang kemudian "lebih ribut' stuntman daripada menikmati hiburan yang fenomenal. Kemudian malah meminta Jokowi harus jujur untuk menerangkan siapa stuntmant-nya daripada menikmati acara pembukaan.

Belum usai deru angin membahana tentang pembukaan, eh, pesta emas yang harus dirayakan bersama kemudian malah dirusak dengan perbandingan prestasi atlet sekarang dengan Asian Games sebelumnya. Tidak lupa kemudian malah membanding-bandingkan prestasi sekarang dengan prestasi atlet sebelumnya.

Padahal kemenangan atlet yang meraih emas dirayakan bersama. Menikmati kemenangan prestasi atlet malah dijadikan bahan olok-olokan sehingga malah merusak "mood" menikmati kemenangan atlet.

Konsentrasi menikmati pertandingan malah kemudian disibukkan pembahasan tagar yang kemudian menjadi polemic. Entah dengan tuduhan seperti persekusi ataupun tuduhan tidak menghargai kebebasan berpendapat.

Hallo.

Apakah tidak bisa sejenak kita memberikan dukungan kepada atlet yang sudah berkeringat untuk membuat Lagu Indonesia Raya terdengar. Tidak bisakah sejenak menghentikan segala perbedaan di pilpres untuk memberikan dukungan kepada atlet yang sudah membuat bendera merah putih berkibar ?

Apakah begitu banyak energy yang dikerahkan untuk memproduksi sampah-sampah kebencian setiap hari ?

Tidak bisakah nasionalisme dibidang olahraga mampu menggelorakan dan menyatukan sejenak ? Tidak bisakah menghentikan segala umpatan, cacian, makian setiap hari untuk sejenak merasakan aura kemenangan atlet ?

Pilpres kok makin tidak asyik. Sampah kok terus diproduksi ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun