Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mourinho Indonesia

6 Agustus 2018   21:59 Diperbarui: 6 Agustus 2018   23:12 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Cara permainan Jokowi dengan mempersiapkan "gelandang serang" dilakukan setelah 4 tahun terakhir, Jokowi hampir praktis kurang merespon suara minor. Dengan rentang "mengerjakan" proyek-proyek infrastruktur', Jokowi memerlukan "serang balik (counter attack). Suara-suara minor menenggelamkan prestasi Jokowi. Pasukan yang ada masih berposisi bertahan. Menghalau serangan tanpa memberikan effek kejut. Selain juga tim yang melingkari Jokowi kurang menguasai "medan tempur" dengan serangan balik (counter attack).

Sehingga diperlukan "gelandang serang" setelah "memarkir" pemain didalam kotak penalty selama 4 tahun terakhir. Diperlukan "darah segar' untuk melakukan serangan balik yang effektif, mematikan dan membuat lawan kaget. Strategi effektif yang dilakukan tim-tim yang melaju ke Final. Cara yang juga digunakan oleh Perancis sehingga menjuarai dunia.

Cara yang dilakukan oleh Mourinho ketika "membungkam" Barca dan membuat Barca kehilangan "daya pesona" menghadapi pemain "super defensive" Intermilan. Cara yang membuat Intermilan kemudian mencuri gol dan melenggang ke final dan menjuarai Champion.

Sementara "hasil rekrutan" Anies Baswedan tidak mampu mendulang dukungan. Pengelolaan Jakarta dengan pikiran yang sulit ditangkap seperti "bamboo bendera", issu kali item (waring, pewangi) membuat Anies Baswedan "kurang dilirik" mendampingi Prabowo.

Deklarasi Anies Baswedan for Presiden kurang mendapatkan dukungan. Nama-nama candidate Wakil Presiden antara AHY, Salim Al Jufri dan Abdul Somad lebih menggema dibandingkan nama Anies Baswedan masuk dalam barisan pilpres. Belum lagi berbagai persoalan antara Tarik menarik antara Partai Gerindra -- PKS dan Partai Gerindra -- Partai Demokrat membuat "suasana pilpres" menjadi tegang.

Namun koalisi for Jokowi juga tidak tenang. Tarik menarik antara Partai Golkar dan PKB juga membuat koalisi tidak nyaman. Dengan sedikit "gertakan', hendak mencabut dukungan hingga khawatir memberikan mandate tanpa arah (cheq kosong) membuat Partai Golkar dan PKB saling "psy war'. Entah dengan "mencabut dukungan", membangun koalisi baru atau "menetapkan sebagai Wakil Presiden' coba dimainkan. Sebuah kekhawatiran baru menjelang detik-detik pendaftaran di KPU.

Terlepas dari "manuver" menjelang pendaftaran ke KPU, Jokowi sudah melewati "kisruh" KPK vs Kepolisian. Melewati periode sulit suara di parlemen (KMP) dengan dukungan dari Partai Golkar dan PPP, mendinginkan suara kritis PDIP yang sempat "panas dingin" dengan Jokowi.

Dengan barisan panjang baik koalisi kerakyatan yang tidak terganggu, merebut "suara" KMP, membangun jaringan baru dengan mempersiapkan "gelandang serang" dengan barisan penting Prabowo membuat Jokowi memasuki pilpres dengan senyuman.

Sehingga seruan "tapi siap berkelahi" lebih menawarkan "psy war'. Sikap tegas yang tidak aneh ketika ditanyakan "kita buat ramai" dalam debat kandidat ketika ditanyakan "berani melawan dan mengganggu kedaulatan" Indonesia.

Termasuk tidak tunduk dengan Amerika Serikat dalam kasus Freeport dan berdiri diluar diatas kapal perang di Pulau Natuna dalam gertakan Malaysia dan Tiongkok dalam peristiwa Laut Tiongkok Selatan.

Senyuman yang sumringah selesai penandatangani Freeport dan blok Rokan yang semula dikuasai oleh Chevron. Sesumringah Jokowi menyambut kehadiran cucu keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun