Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sungai Ipuh – Orang Lembak atau Serampeh Rendah

15 Juli 2016   14:02 Diperbarui: 15 Juli 2016   14:11 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Air dikit, Sungai Ipuh, Bukit tigo, merupakan nama-nama tempat yang berbatasan langsung Jambi dengan Bengkulu[9].

Ipuh merupakan nama jenis pohon yang terdapat di daerah Sungai Ipuh. Dalam perkembangannya kemudian Sungai Ipuh merupakan nama daerah yang kemudian termasuk kedalam Kecamatan Selagan Raya. Selagan merupakan nama Sungai. Sungai Ipuh, Sungai Selagan bersama-sama dengan Sungai Ketahun merupakan sungai-sungai besar di Muko-muko. Sungai Ipuh kemudian menjadi identitas sebagai masyarakat di daerah Sungai Ipuh.

Orang Sungai Ipuh mengaku sebagai “keturunan Serampas”. Puyang mereka berasal dari Serampas dan kemudian mengilir Sungai Ipuh dan kemudian berdiam di Sungai Ipuh. Sedangkan Serampas sendiri menyebutknya sebagai “Orang Lembak’. Saya menafsirkan orang lembak sebagai padanan kata “Lembah’. Atau orang yang berada di lembah. Atau orang yang tinggal di daerah bawah.

Dalam hubungan kekerabatan, Orang Sungai ipuh termasuk kedalam struktur Pemerintahan dalam Marga 5 Koto[10]. Marga 5 Koto terdiri dari Dusun Pondok Siding, Lubuk Cabau sebagai pusat Margo, Tras Terunjang, Sungai Jerinjing dan Sungai Cambu yang kemudian dikenal menjadi tempat dan bernama Penarik.

Sebagai pendatang, Orang Sungai Ipuh menghadap Tuanku Rajo di Muko-muko[11]. Raja di Muko-muko kemudian memberikan “kekuasaan otonom” dengan menempatkan Sungai Ipuh didalam Marga 5 Koto namun dengan kekuasaan yang otonom. Didalam Sungai Ipuh kemudian 3 kaum yaitu 3 Luak yang terdiri Depati Empat, Depati Enam Dan Suka Rajo.

Marga dan Batin dipimpin seorang Pesirah. Dibawah Marga dikenal dusun. Dusun merupakan sebagai pemerintahan terendah (village government). Dusun adalah kumpulan dari kampung atau kelebu. Dipimpin seorang Depati atau Rio atau Penghulu.

Sebagai Sistem Pemerintahan, Kepala Desa disebut sebagai Pemangku. Istilah “pemangku” dikenal didaerah Jambi. Untuk daerah Hulu Pemangku biasa disebut “Depati” atau Rio. Sedangkan di daerah hili disebut  “Penghulu”.

Satu keturunan besar biasa disebut Kaum. Istilah kaum mengingatkan sistem kekerabatan di Sumatera Barat. Di Jambi sendiri lebih sering disebut Kalbu.

Kekayaan Sungai Ipuh ditandai dengan hasil panen padi yang melimpah. Tahun 2014, Kecamatan Selagan Raya menghasilkan padi 19 ribu ton lebih[12]. Sehingga dipastikan, Kecamatan Selagan Raya makmur dan berdaulat didalam pertanian. Sehingga tidak salah kemudian Sungai Ipuh kemudian dikenal sebagai “lumbung padi” untuk didaerah Kabupaten Muko-Muko.

Dengan hasil yang melimpah sejak dulu, maka masyarakat kemudian mengehal sistem penghitungan.

Satuan beras juga dikenal dengan canting[13]. Sekiding terdiri dari 16 Kaleng. Atau 10 Cupak. 1 cupak 6 teko. Atau 1 Kaleng  sama dengan 4 cupak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun