Terlepas dari putusan pengadilan yang hanya “memutuskan” pasal-pasal kelalaian lalu lintas dan narkotika (tidak menerapkan pasal-pasal pembunuhan), persidangan Afriyani “seakan-akan” dapat memenuhi dahaga publik.
Namun kontra dengan peristiwa yang terjadi dengan Novi Amalia. Bukan kasus lalu lintas yang menyebabkan berbagai korban yang menjadi sorotan media, “ditangkapnya” Novi Amalia dalam keadaan “teler” dan berpakaian tidak senonoh yang menjadi headline berita. Ditambah kemudian “beredar” photo-photo Novi Amalia yang sungguh-sungguh tidak pantas di kantor Polisi. Menggunakan celana dalam, tidak menggunakan bra bahkan ada photo-photo yang “seronok” yang sungguh-sungguh tidak pantas di kantor Polisi.
Reaksi publik kemudian menjadi marah. Kantor Polisi yang “seharusnya” pemeriksaan tertutup, steril dari pengamatan publik kemudian menjadi arena yang terbuka. Publik kemudian marah. Bagaimanapun mungkin, seorang tahanan “diperlakukan” sungguh tidak pantas, merendahkan harkat kemanusiaan, menggugah nurani bahkan “memperlakukan” tahanan seperti itu. Sungguh-sungguh biadab. Belum lagi ditambahnya bisa beredarnya photo-photo tersebut ke publik.
Media massa kemudian “memberitakan” perlakuan tidak pantas kepada tahanan. Media massa kemudian memberikan porsi yang dahsyat. Berita ini kemudian mengalahkan berita tentang perseturuan KPK vis Polri, berita kemenangan Jokowi dan berita-berita lainnya yang sebenarnya menjadi perhatian masyarakat.
Terlepas dari tuntutan publik agar para pelaku diproses dimuka pengadilan, terlepas dari cara perlakuan terhadap tahanan, berita terhadap kecelakaan harus juga diberitakan seimbang. Berita tentang ancaman narkoba yang sudah masuk ke wilayah publik, sudah “merenggut” jiwa manusia, bagaimana model penanganan narkoba yang langsung bersentuhan dengan publik, bagaimana kecelakaan itu terjadi, siapa yang juga harus diminta pertanggugjawaban merupakan berita yang dibutuhkan publik. Berita itu dapat memberikan “tuntutan”, menjadi warning agar tidak terulang di kemudian hari. Berita itu yang harusnya juga mendapatkan porsu yang seimbang.
Dua peristiwa yang telah dipaparkan, sekedar memberikan ingatan kepada kita. Media massa telah menjadi bagian dari konsumsi publik dalam industri pers yang memang menuntut persaingan tinggi. Sehingga berita-berita yang berkaitan dengan entertainment lebih dibutuhkan daripada berita-berita yang “sebenarnya” dibutuhkan masyarakat seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran dan berita-berita yang berdampak terhadap rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H