[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Pasar Tradisional | Kompasiana (Kompas.com, Iwan Setiyawan)"][/caption] Pada 7 Juni 2014, saya kembali turun lapangan dengan melakukan blusukan di pasar tradisional Pondok Labu Jakarta Selatan. Untuk memudahkan perjalanan, saya memilih naik kendaraan umum Metro Mini 610 jurusan Blok M-Pondok Labu. Dikendaraan umum yang sudah kurang layak itu, saya berkenalan dengan seorang ibu yang mengaku dari Jebres Solo. Ia datang ke Jakarta untuk mengunjungi anaknya yang tinggal di Cinere. Di dalam kendaraan Metro Mini, saya juga berkenalan dengan Ibu Nurhayati, usia sekitar 45 tahun, tinggal di Pondok Labu.  Kedua ibu itu mengaku akan memilih Jokowi-JK dalam pemilihan Presiden 9 Juli 2014. Bahkan Ibu Nurhayati mengemukakan bahwa dia telah menggalang dukungan dari ibu-ibu pengajian supaya ibu-ibu dan keluarga mereka memilih Jokowi-JK. Setelah turun dari Metro Mini, saya berjalan kaki menuju pasar Pondok Labu, Dalam perjalanan, saya berhenti didepan toko batik dan berkenalan dengan seorang laki-laki yang mengaku namanya Parwito, usia sekitar 37 tahun, bekerja di pasar Pondok Labu. Parwito mengaku sebagai pendukung Prabowo, tetapi menurut dia, mayoritas orang pasar dan rakyat bawah di kawasan pasar tadisional Pondok Labu mendukung Jokowi-JK.  Saya kemudian bertanya, apa alasannya mendukung Prabowo? Dia menjawab, selera saya mendukung Prabowo. Sekarang, rakyat bebas memilih, tidak bisa diatur-atur oleh orang-orang besar di atas. Saya juga bertanya, apa alasan orang-orang pasar dan rakyat bawah mau memilih Jokowi-JK?  Dia mendengar, alasan mereka mendukung Jokowi-JK karena Jokowi sudah memberi bukti, sederhana, dekat rakyat bawah dan peduli. Mayoritas Dukung Jokowi-JK Informasi dari Parwito, saya lalu masuk ke dalam pasar yang berlantai 2 (dua). Dilantai pertama, saya bertemu Rizal, pedagang perhiasan emas. Saya memperkenalkan diri, dan kemudian kami terlibat dalam perbincangan. Pertama dia mengemukakan bahwa harga emas turun karena ekonomi Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang baik. Stok emas mereka dijual, sehingga menekan harga emas di pasar internasional. Saya menimpali dengan mengatakan, kalau begitu sial sekali bangsa Indonesia, kalau ekonomi Amerika Serikat sedang terpuruk, kita ikut terpuruk, kalau ekonominya sedang tumbuh, kita tidak ikut tumbuh. Rizal berkata, kita pedagang menengah ke bawah di masa pemerintahan SBY "hidup segan, matipun segan". Saya katakan, ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata 6 persen pertahun.  Betul, tapi menurut Rizal, pedagang menengah ke bawah tidak ikut tumbuh bahkan sebaliknya seiring dengan berdirinya mall diberbagai tempat, Indomaret, Alfamart dan lain-lain. Rizal mengatakan harus ada perubahan, yang diharapkan dari pemilu Presiden. Di pasar ini mayoritas pedagang dan keluarganya mau memilih Jokowi-JK sebagai bentuk protes terhadap keadaan. Saya kemudian menjelaskan bahwa perubahan tidak cukup hanya merubah pemimpin, tetapi yang lebih penting merubah sistem dengan mengamalkan "Tri Sakti" Bung Karno yaitu berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang budaya. Kemudian saya pamit dan naik ke lantai dua.  Dilantai dua, saya bertemu dan berbincang Yudi, pedagang keperluan sehari-hari, Muster Sihombing dan isterinya, pedagang sayur mayur dan keperluan sehari-hari, juga saya bertemu dan berbincang Slamet, pedagang ikan teri, dan ibu Dariah yang juga berdagang sayur mayur, dan banyak lagi yang saya jumpai dan ajak berbincang. Perjumpaan dengan para pedagang di pasar Pondok Labu sangat akrab. Pertama, merupakan blusukan saya yang ketiga di pasar itu dan kami sudah saling mengenal. Kedua, menurut mengakuan mereka, sering melihat saya di TV terutama TV ONE di ILC Karni Ilyas. Mereka yang saya sebutkan diatas, mengemukakan kepada saya, mereka dan keluarganya akan memilih Jokowi-JK, tetapi seorang pedagang ayam potong mengemukakan ketika saya rekam dalam video supaya Jokowi jangan tinggalkan DKI Jakarta, saya maknai yang bersangkutan tidak akan memilih Jokowi-JK dalam pemilihan Presiden 9 Juli 2014, dan juga seorang pedagang keperluan sehari-hari yang enggan menyebut namanya berkata, akan memilih Prabowo. Kesimpulan Para pedagangan di pasar tradisional Pondok Labu yang mempunyai latar belakang berbeda-beda, dari aspek suku, agama dan daerah, mereka tetap kompak dan bersatu, sekalipun pilihan mereka dalam pemilihan Presiden berbeda. Pernyataan Parwito, pendukung Prabowo bahwa mayoritas orang-orang pasar mau memilih Jokowi-JK sudah terkonfirmasi setelah saya berdialog dan tanya jawab dengan para pedagang. Walaupun begitu,  yang memilih Prabowo-Hatta, tidak dikucilkan apalagi dipaksa mengikuti yang mayoritas. Harapan mereka hanya satu, siapapun yang dipilih mayoritas rakyat Indonesia menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI dalam pemilihan Presiden RI 9 Juli 2014, wajib memperhatikan nasib pedagang kecil. Jangan seperti sekarang. Wallahu a'lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H