Kemarin, 28 November 2014 merupakan hari yang amat macet di DKI Jakarta. Bayangkan, saya meninggalkan kampus Universitas Ibnu Chaldun Jakarta di Rawamangun, Jakarta Timur, menuju Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan memakan waktu sekitar 3,5 jam dengan melalui jalan tol Rawangun-Semanggi-Senayan.
Biasanya di pagi hari hanya memerlukan waktu 1 jam tanpa melalui jalan tol untuk sampai ditempat pekerjaan.
Jum’at, jelang hari libur, di sore hari selalu macet. Kemarin macetnya luar biasa karena turun hujan lebat disertai angin kenjang, sehingga terjadi banjir di mana-mana dan banyak pohon yang tumbang.
Macet telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat DKI Jakarta. Hampir tidak ada hari tanpa macet.
Oleh karena itu, macet harus disiasati agar tidak terus-menerus di dera macet di tengah jalan.
Pertama, masuk tol untuk menghindari macet, tetapi kemarin gagal total karena padatnya kendaraan yang melintasi Rawamangun-Halim dan menuju Semanggi akibat turun hujan yang lebat.
Kedua, meninggalkan rumah menuju tempat kerja sebelum pukul 06.00 pagi. Cara ini cukup efektif untuk menghindari macet di DKI Jakarta.
Ketiga, naik bus Trans Jakarta yang populer dengan sebutan “Bus Way”. Ini dilakukan untuk waktu-waktu tertentu, jika ada rapat atau urusan di luar kantor terutama di jalan yang dilalui “Bus Way”. Kendaraan, saya parkir di Blok M atau di depan rumah mertua di jalan Melawai XI, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Nikmati Macet
Jalan di Jakarta sudah bagaikan lautan macet, apalagi MRT sedang dibangun jurusan Lebak Bulus- jalan MH. Thamrin Jakarta Pusat.
Supaya tidak stres, maka macet di DKI Jakarta harus dinikmati dengan melakukan aktivitas positif.