Nelayan/Kompas.com - Selamet Priyatin
Selama 5 (lima) hari saya mudik di Kendari, Sulawesi Tenggara, saya menyempatkan berdialog dengan masyarakat nelayan dalam acara Halal Bihalal. Â Sebagai anak nelayan yang lahir dipesisir pantai, mudik di kampung halaman yang dulu rumah orang tua dibangun di atas laut, begitu juga rumah adik yang ditempati selama mudik juga di atas laut, terdorong untuk berinteraksi dan berdialog dengan masyarakat yang mayoritas nelayan tradisional.
Salah satu tokoh muda yang saya temui dan ajak berdialog ialah Habib Najar Buduha, yang memimpin sebuah yayasan - bergerak dalam budi daya kima di desa Toli-Toli Kecamatan LL Meeto, Kabupaten Konawe, serta di pulau Labengki, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Dia bercerita tentang budidaya kima yang dilakukannya, penghentian pemboman dan pembiusan ikan yang dilakukan orang Bajo (suku laut), pelestarian ekosistem laut, serta pemberdayaan masyarakat nelayan.Â
Menurut Suddin Laronga, tokoh masyarakat, yang juga mantan anggota DPRD Kabupaten Konawe bahwa apa yang dilakukan Habib sangat positif karena telah merubah beberapa desa di kecamatan LL Meeto dan kecamatan Soropia. Pertama, tidak ada lagi masyarakat yang melakukan pemboman dan pembiusan ikan dalam menangkap ikan di laut.
Kedua, budidaya kima yang dilakukan Habib ternyata memberi dampak positif, seperti biota laut tumbuh disekitar tempat budidaya kima yang selama ini sudah habis karena dibom ketika mencari ikan. Selain itu, ikan menjadi banyak, sebab kima menghasilkan makanan ikan yang sangat banyak, sehingga ikan berkumpul di sekitar tempat budidaya kima.
Ketiga, menangkap ikan tidak sesusah dahulu. Sekarang ikan banyak disekitar tempat budidaya kima.
Keempat, masyarakat nelayan terutama para pemudanya yang dulu adalah peminum dan penjudi, sekarang ini sudah sangat berkurang, walaupun masih ada karena menurut masyarakat Bupatinya juga peminum dan penjudi, sehingga masyarakat cenderung mengikut pemimpin mereka.
Kelima, upaya yang dilakukan Habib sudah memberi hasil dalam merubah kehidupan nelayan tradisional yang miskin dan kurang pendidikan. Yang amat disayangkan Suddin Laronga dan masyarakat nelayan yang diajak berdialog yaitu gebrakan Menteri Susi Pudjiastuti selama 9 (sembilan) bulan memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sama sekali belum memberi dampak positif bagi peningkatan kehidupan nelayan tradisional, paling tidak nelayan di pesisir pantai Sulawesi Tenggara.
Nelayan Belum Berubah
Habib telah membuat terobosan yang hebat di desa, yang ditunggu adalah terobosan menteri Susi Pudjiastuti yang bisa merubah kehidupan nelayan yang dari waktu ke waktu menyedihkan dan memprihatinkan.Â