Peringatan Hari Buruh Internasional (1/5/2014). KOMPAS IMAGES / KRISTIANTO PURNOMO
Demonstrasi buruh dalam rangka memeringati hari buruh internasional yang dikenal May Day, yang rutin dilakukan setiap tanggal 1 Mei, dipastikan tahun ini lebih semarak. Setidaknya ada lima alasan yang mendasari.
Pertama, hari buruh internasional bertepatan hari minggu, hari libur kerja kecuali buruh yang lembur atau bertepatan shift kerja. Kesempatan tersebut akan dimanfaatkan para buruh untuk ikut demo sekaligus refreshing di ibukota RI di Jakarta.
Kedua, tidak ada alasan bagi majikan untuk melarang demo buruh untuk memeringati hari buruh internasional, karena bukan hari kerja, sebab tidak akan mengganggu produksi perusahaan
Ketiga, pimpinan buruh sudah melakukan konsolidasi dan mengadakan pertemuan para pimpinan serikat buruh. Berdasarkan pengalaman, mereka bersatu dan siap melakukan long march untuk menyampaikan tuntutan mereka ke pemerintah.
Keempat, isu yang diangkat dalam demo seperti menolak upah murah dan pencabutan PP Nomor 78 Tahun 2015, penghentian kriminalisasi buruh dan aktivis sosial, penghentian PHK, dan pencabutan system outsourcing relevan dengan kepentingan seluruh buruh.
Kelima, tuntutan buruh berkaitan erat dengan isu politik yang sedang aktual seperti reklamasi, penggusuran, pengampunan pajak (tax amnesty) dan sebagainya, sangat menarik bagi media untuk memberitakannya.
Selain itu, setelah long march ke istana, seluruh buruh akan berkumpul di Stadion Gelora Bungkarno (GBK) untuk mendengarkan pagelaran musik, pidato dan deklarasi “Rumah Rakyat Indonesia” sebagai wadah bersama untuk berjuang mewujudkan tuntutan buruh yang selama ini belum menjadi kenyataan.
Jaga Keamanan
Saya pernah menjadi buruh di perusahaan pabrik alumunium selama tujuh tahun pada tahun 1980-an. Saya pernah menjadi manager yang membawahi personalia, dan menulis skripsi berjudul "Perjanjian Kerja di PT Intakan Works" untuk memenuhi syarat menjadi sarjana hukum, sehingga saya banyak paham dan menghayati dunia buruhan.
Masalah demo buruh, saya juga banyak terlibat demo selama menjadi mahasiswa dan pimpinan dewan mahasiswa, dan bahkan sempat menghantarkan saya masuk penjara bersama seluruh pimpinan dewan mahasiswa/senat mahasiswa se Indonesia.