Tadi malam (15/5/2016) melalui siaran langsung TV ONE, saya menyaksikan pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar yang dihadiri Presiden Jokowi, Wapres JK, Ketua DPD Irman Gusman dan Wakil Ketua MPR Oesman Sapta, para menteri, pimpinan partai-partai politik, 8 kandidat ketua umum partai Golkar, pengurus DPP, DPD, dan DPC partai Golkar seluruh Indonesia. Â Munaslub Partai Golkar dilaksanakan secara meriah di Bali Nusa Dua Convention Center.Â
Pidato politik Aburizal Bakrie pada saat pembukaan Munaslub Golkar adalah merupakan pidato terakhir sebagai ketua umum Partai Golkar. Â Pidato tersebut sangat bagus, mengharukan, berkesan dan amat membekas. Â Maka tidak heran setelah Aburizal Bakrie yang sering disapa Ical atau ARB menyampaikan pidato politik, para pengurus dan kader partai Golkar yang memenuhi Convention Center, Nusa Dua Bali sontak berdiri dan menyampaikan apresiasi yang tinggi.
Menurut saya, ARB telah mengakhiri kepemimpinannya di partai Golkar selama tujuh tahun dengan husnul khatimah (akhir yang baik). Â Walaupun selama memimpin partai Golkar tidak berhasil menghantarkan partai Golkar sebagai pemenang pemilu legislative dan pemilu Presiden 2014, dan pasca pemilu Presiden, partai Golkar terpecah menjadi dua, dan upayanya menjadi Presiden RI tidak berhasil, tetapi ARB bisa keluar dari kesulitan yang dihadapi.Â
Desakan Wapres JK, Akbar Tandjung, Agung Laksono dan berbagai tokoh senior Golkar, melalui Mahkamah Partai Golkar yang membentuk Tim Transisi dengan ketuanya JK yang mendesak percepatan Munas atau Munaslub partai Golkar, ARB bisa mengatasinya dengan memanfaatkan dukungan DPD 1 Golkar  sehingga penyelenggaraaan Munaslub dipercepat untuk mewujudkan suksesi kepemimpinan partai Golkar secara demokratis, jujur dan adil.
Akbar Tandjung di Mana?
Sejatinya Munaslub partai Golkar yang saat ini sedang digelar di Convention Center, Nusa Dua Bali, Akbar Tandjung mempunyai andil yang besar dalam penggalang dukungan untuk mendesak dipercepatnya Munaslub partai Golkar.
Desakan yang dimainkan Akbar Tandjung dan kawan-kawan untuk mempercepat Munaslub partai Golkar, menurut saya, setidaknya ada lima alasan yang mendasari.
Pertama, pasca pemilihan Presiden RI 2014, partai Golkar terpecah dua, yaitu partai Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie hasil Munas di Bali, dan partai Golkar yang dipimpin  Agung Laksono.  Kondisi tersebut amat menyedihkan bagi Akbar Tandjung yang sering disapa AT, yang pernah memimpin partai Golkar pada saat yang amat genting.
Kedua, Akbar Tandjung tidak percaya, konflik di partai Golkar yang begitu hebat bisa diselesaikan secara damai dan para tokoh serta kadernya kembali bersatu melalui proses di pengadilan. Berdasarkan pengalamannya, partai Golkar hanya bisa disatukan kembali melalui Munaslub bersama.
Ketiga, hasil pemilukada tahun 2015, sangat menyedihkan bagi AT karena para kader partai Golkar yang ikut bertarung dalam pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, banyak yang kalah. Â Penyebabnya menurut AT karena partai Golkar sedang konflik dan tidak solid.
Keempat,  AT tidak rela dan tidak  ingin melihat partai Golkar yang pernah dia selamatkan pada saat menghadapi turbulensi politik dan menjadi target pembubaran, menjadi partai gurem pasca pemilu legislative 2019 karena konflik yang tidak berkesudahan di tubuh partai Golkar.