Di bulan puasa Ramadhan 1437 H, setiap hari menjelang magrib saya menghadiri buka puasa bersama dari berbagai kelompok masyarakat. Kemarin (17/6) hari kedua belas puasa, saya mendapat dua undangan buka puasa. Pertama, dari alumni Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta. Kedua, dari Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) di kediaman rumah Dinas Anies Baswdan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Saya berharap kedua tempat buka puasa bersama dapat dihadiri, ternyata tidak bisa karena di acara bukber alumni UIC saya menjadi salah satu narasumber dan harus dilanjutkan dengan dialog.
Buka puasa bersama di bulan Ramadhan telah menjadi budaya Indonesia, semua kelompok dari lapisan masyarakat, mulai dari kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah, melakukan "bukber" di hotel, restoran sampai tiap masjid.
Yang sangat menarik, buka puasa bersama yang sering disingkat “bukber”, tidak hanya dihadiri dari kalangan Muslim yang berpuasa, tetapi juga yang tidak berpuasa dan bukan Muslim.
Budaya buka puasa bersama sekaligus silaturrahim sangat baik. Setidaknya melalui medium buka puasa bersama di bulan Ramadhan mempunyai sepuluh hikmah atau manfaat.
Pertama, menjalankan perintah silaturrahim sesuai yang tercantum di dalam Alqur’an Surat An-Nisa, ayat 1, yang artinya:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”
Kedua, mendekatkan dan mengakrabkan hubungan antara satu dengan yang lain, seperti buka puasa bersama yang dilakukan Ketua Dewan Pembina Golkar Ir. H. Aburizal Bakrie beberapa waktu lalu, hadir Presiden Jokowi, mantan Presiden SBY, mantan Presiden BJ. Habibe, para pemimpin tinggi negara, para menteri, dan lain-lain.
Ketiga, mencairkan hubungan yang tegang antara satu dengan yang lain. Karena perbedaan kepentingan terjadi perbedaan pendapat dan bahkan perselisihan. Melalui medium “bukber” bisa bertemu, hubungan menjadi cair dan baik kembali.
Keempat, membuka komunikasi dengan pihak lain, karena di dalam buka puasa bersama, tidak ada sekat atau pembatas. Semuanya bisa saling bersapa, duduk bersama sambil berbincang dan bukber.
Kelima, membangun hubungan baru dengan pihak lain yang mungkin hanya dengar, baca dan nonton di TV. Melalui bukber, bisa bertemu dan saling mengenal.
Keenam, memelihara hubungan silaturrahim antara satu dengan yang lain, karena selama sebelas bulan diluar bulan Ramadhan, tidak pernah bersilaturrahim karena kesibukan masing-masing.