Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Massa dalam Bom Bunuh Diri di Sarinah, "Blessing in Disguise"

16 Januari 2016   10:00 Diperbarui: 16 Januari 2016   16:26 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sumber Foto Tempo.co.id

Bom bunuh diri yang dilakukan di depan Sarinah Jakarta pada tanggal 14 Januari 2016 terjadi anomali. Sejatinya masyarakat takut, panik dan menjauh dari area TKP (Tempat Kejadian Perkara), tetapi yang kita saksikan justru sebaliknya, masyarakat berkumpul di TKP.

Reza dari Metro TV dan juga dari Republika ketika wawancara saya (15/1/2016), menanyakan hal itu. Saya menjawab, setidaknya ada lima hal yang membuat masyarakat berkumpul di TKP bom bunuh diri.

Pertama, ingin tahu peristiwa teror bom bunuh diri secara langsung. Kedua, mendapat tontonan gratis bom bunuh diri, yang sangat langka terjadi dan bisa disaksikan.  Ketiga, mereka yakin tidak akan terjadi bom bunuh diri susulan. Keempat, masyarakat percaya kemampuan polisi dan TNI mengamankan TKP.   Kelima, masyarakat memberi support atau dukungan kepada polisi dan TNI untuk melawan aksi teror bom bunuh diri.

Sudah Diketahui Intelejen

Pada bulan November 2015, saya mendapat info bahwa jaringan ISIS di Indonesia akan melakukan penyerangan di DKI Jakarta pada saat Natal dan Tahun Baru, yang menjadi target utama mereka adalah markas polisi.

Info intelejen itu direspon oleh Densus 88 polisi dengan melakukan penggerebekan dan penangkapan di seluruh Indonesia yang diduga sebagai teroris. Adanya penangkapan dan ketatnya pengamanan menjelang Natal dan Tahun Baru, menyebabkan mereka mengurungkan niat untuk melakukan penyerangan di DKI pada saat Natal dan Tahun Baru.

Rencana melakukan teror di ibukota baru dilakukan tanggal 14 Januari 2016, saat aparat keamanan menurunkan kesiap-siagaan menghadap teror.

Maka ada benarnya pernyataan Sutiyoso, Kepala BIN bahwa intelejen sudah tahu dan sudah melakukan antispasi bersama seluruh aparat keamanan untuk mencegah teror bom bunuh diri, tetapi pelaku bom bunuh diri juga tahu saat yang tepat untuk melakukan aksinya.

Mereka melakukan aksi bom bunuh diri pada saat masyarakat dan polisi lengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun