Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan RI berkata yang dikutip berbagai media bahwa Indonesia belum mengalami krisis, tetapi Kwik Kian Gie dan beberapa pakar ekonomi mengatakan kita sudah mengalami krisis.
Sebagai sosiolog yang lama bekerja di swasta, saya melihat ekonomi Indonesia sedang mengalami masalah yang biasa disebut krisis.  Indikatornya, pertama, rupiah terus mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat sehingga 1 dolar US sudah sama dengan (equivalent) Rp 14.l00. Ini pelemahan rupiah yang sangat besar, yang amat menyusahkan masyarakat karena sebagian besar keperluan primer seperti sembako dan industri masih dari impor.  Kedua, barang-barang kebutuhan primer dan sekunder mengalami kenaikan harga yang amat tinggi, sehingga banyak masyarakat yang sudah tidak sanggup membelinya.  Ketiga, penjualan hasil produksi industri dan barang-barang impor mengalami penurunan drastis. Ada yang menyebut penurunan penjualan  perusahaan mencapai 40-50 persen.  Keempat, perusahaan mulai banyak yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Menteri Tenaga Kerja RI Hanif Dakiri menyebut 30 ribu mengalami PHK. Sementara pimpinan serikat buruh seperti Said Iqbal menyebut bahwa jumlah buruh yang sudah dan bakal mengalami PHk bisa mencapai ratusan ribu orang.  Kelima, bursa saham Indonesia mengalami kemerosotan yang besar, karena investor asing menjual saham mereka lantaran khawatir kondisi ekonomi Indonesia dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan mulai terjadinya PHK.   Ada Opportunity.  Kwik Kian Gie dalam wawancara dengan Radio Elshinta (26/8/2015) menegaskan bahwa selalu terjadi bussines cycle, pasang surut gelombang ekonomi.  Tidak mungkin ekonomi terus tumbuh dan terus turun.   Ada saatnya ekonomi tumbuh, dan pada suatu saat ekonomi turun yang kita sebut krisis. Tidak obahnya siang dan malam.  Ada saatnya datang malam, dan saatnya datang siang.  Akan tetapi, krisis ekonomi dan krisis apapun sangat ditakuti. Kalau sudah disebut krisis, banyak yang khawatur dan takut. Itu sebabnya pemerintah yang diwakili Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan tetap mengatakan Indonesia belum mengalami krisis tetapi sedang mengalami pelambatan ekonomi.   Di dalan Alqur'an, Allah menegaskan dengan firmanNya "inna ma'al ursi yusraa" [Sesungguh beserta kesulitan itu ada kemudan). Tuhan mengulangi hal itu sampai dua kali. Kandungan yang bisa dipetik dari ayat tersebut bahwa dalam kesulitan yang sering disebut krisis, ada opportunity (kesempatan, peluang) di dalamnya. Diulanginya dua kali ayat tersebut untuk mengingatkan bahwa kesulitan atau krisis tidak usah ditakuti, dihadapi saja karena dibalik itu ada opportunity.  Setidaknya ada 5 (lima) opportunity di dalam krisis. Pertama, muncul peluang untuk merubah paradigma pembangunan yang selama Orde Baru dan Orde Reformasi terlalu fokus dan bertumpu pada pembangunan ekonomi. Pada hal, ia bukan solusi dan sudah gagal mengatasi permasalahan Indonesia yaitu kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, justeru sering menimbulkan krisis seperti yang sedang dialami.  Kedua, memaksa dan mendorong para pemimpin dan cendekiawan untuk menggali penyebab krisis dan prima causa (penyebab utama) terjadinya krisis,  dan menemukan diagnosisnya,  sehingga krisis serupa tidak terulang di masa depan.  Ketiga, memaksa pemerintah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi secara bergotong-royong mengatasi krisis yang dihadapi dan memperkuat diri secara pribadi dan sebagai bangsa untuk berdaulat dan mandiri dalam bidang pangan dan ekonomi - tidak lemah dan tergantung kepada asing seperti selama ini.   Keempat, memaksa pemerintah dan dunia usaha untuk menggunakan bahan baku dalam negeri dalam membangun industri Indonesia, tidak seperti sekarang tergantung dengan bahan baku impor. Krisis yang dialami, peluang besar bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan Tri Saksi Bung Karno dan Nawacita.  Kelima, ada peluang lahirnya inovasi, kreativitas dan semangat yang kuat untuk mengatasi krisis dan menjadi pribadi dan bangsa yang kuat dan mandiri.  Melakukan Apa?  Dalam krisis ada opportunity.  Pertanyaannya, kira-kira opportunity apa yang bisa di create sehingga kehidupan pribadi maupun bangsa dan negara lebih baik setelah badai krisis berlalu.   Kalau opportunity secara pribadi, sangat ditentukan kemauan dan kepakaran apa yang dimiliki.  Jika seorang pekerja (buruh) di PHK, maka yang bersangkutan harus mencari dan menemukan peluang baru.  Pertama, memanfaatkan waktu untuk belajar kembali dan mendapatkan kepakaran (skill) untuk bekal melanjutkan kehidupan yang lebih baik.  Kedua, memilih peluang baru untuk digeluti. Bagi mereka yang sudah pernah lama bekerja sebaiknya berhenti bermimpi untuk terus menjadi buruh.  Untuk itu, diperlukan switch mental dari pekerja menjadi bos kecil.  Tidak mudah merubah mental dan kebiasaan, tetapi pasti bisa jika mau berubah.  Ketiga, kehidupan baru yang mau dijalani, sebaiknya diinformasikan kepada keluarga supaya mereka juga siap mental.  Keempat, pemimpin bangsa dan negara, harus satu komando,  bersatu dan sanggup mengidentikasi permasalahan utama yang dihadapi, dan segera mengambil keputusan karena dalam masa krisis, faktor psikologi ikut memainkan peranan penting. Pemimpin harus bisa memberi keyakinan kepada publik bahwa jalan yang ditempuh benar dan badai krisis bisa segera berlalu.  Kelima, untuk menekan terus melemahnya mata uang rupiah,  maka Indonesia harus dibanjiri dolar Amerika Serikat. Menurut saya hanya ada tiga sektor yang ditempuh perintah, pertama, melipat-gandakan ekspor non migas, kedua, menggait sebanyak-banyaknya investasi, dan tiga, mendorong sekuat-kuatnya peningkatan pariwisata (pelancongan) manca negara.   Pemerintah jangan membanjiri dolar Amerika Serikat ke Indonesia dengan utang baru karena jumlah utang kita sudah sangat besar dan telah membebani seluruh rakyat Indonesia.   Allahu a'lam bisshawab  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H