Prof. Deliar Noer (1926-2008), pakar politik terkemuka Indonesia, yang meraih gelar Ph.D di Cornell University Amerika Serikat tahun 1963, saat memberi kuliah ilmu politik di hadapan mahasiswa peserta pascasarjana ilmu politik Universitas Nasional (UNAS) tahun 1996, di mana saya menjadi salah seorang mahasiswanya, mengatakan bahwa pertemuan dua pemimpin politik selalu mempunyai makna politik. Â
Ungkapan Prof Deliar Noer tersebut saya kemukakan untuk mengulas pertemuan Yusril Ihza Mahendra dengan Ibu Megawati Soekarnoputri (25/5), yang saya maknai sebagai pertemuan politik yang saya duga ada kaitan dengan pencalonan Yusril sebagai calon Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Â
Sebagaimana diketahui bahwa Yusril Ihza Mahendra yang sering dipanggil YIM telah mendaftar di PDIP sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dan telah mengikuti Fit and Proper Test di partai yang dipimpin Ibu Mega.Â
Makna politik dari pertemuan YIM dengan Ibu Mega, saya menduga bahwa YIM mohon restu dari Ibu Mega sebagai ketua umum PDIP sehubungan dengan pencalonannya sebagai calon gubernur  DKI Jakarta.
YIM Berpeluang
YIM berpeluang besar dicalonkan oleh PDIP dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Setidaknya ada 10 alasan yang mendasari, saya berpendapat seperti itu.
Pertama, pertemuan YIM dengan Ibu Mega adalah sebagai "tanda" bahwa Ibu Mega dekat dengan YIM dan sudah tahu persis kemampuan, loyalitas, dan dedikasinya karena pernah menjadi anak buahnya ketika menjadi presiden RI dan Yusril menjadi menteri kehakiman dan HAM.Â
Kedua, Â Ibu Mega tahu persis rekam jejak (track record) YIM karena bekas anak buahnya di kabinet pemerintahan yang dipimpinnya. Beliau membanggakan dan kemukakan ketika menyampaikan pidato penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di Unpad beberapa hari lalu karena selama tiga tahun menjadi presiden RI dengan Menteri Kehakiman dan HAM YIM telah melahirkan 123 UU yang sangat fenomenal karena lahir UU KPK, UU PPATK, UU Pemberantasan Terorisme dan lain-lain yang sampai saat ini masih berlaku, sehingga diyakini dan dpastikan YIM akan bekerja sekeras-kerasnya untuk membangun DKI Jakarta jika diberi kepercayaan oleh PDIP menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dan tidak akan berkhianat.
Ketiga, PDIP tidak akan mengalami kerugian politik dalam pemilu 2019 jika YIM dicalonkan menjadi calon gubernur DKI Jakarta karena walaupun YIM adalah ketua umum PBB, pemilih partainya adalah dari kalangan islamis, sementara pemilih PDIP dari kalangan nasionalis.
Keempat, hasil survei berbagai lembaga yang kredibel menyebutkan bahwa YIM merupakan bakal calon gubernur DKI Jakarta yang tertinggi popularitas dan elektabilitasnya setelah Gubernur Ahok. Jika PDIP mencalonkan YIM, popularitas dan elektabilitas YIM akan melesat dan berpeluang memenangkan pertarungan DKI 1 tahun 2017.
Kelima, partai-partai politik selain PDIP juga berpeluang mengusung YIM menjadi calon gubernur DKI Jakarta karena YIM juga mendaftar sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari Partai Gerindra, Partai Demokrat, partai Golkar, PKS, dan lain-lain.