Mohon tunggu...
Money

Dua Kado Istimewa Di Hari Ulang Tahun Ke-2 Kelahiran iB

2 Juli 2009   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:59 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bertepatan dengan HUT Bank Indonesia ke-54 tepatnya pada tanggal 2 Juli 2007 Logo IB diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia. Diresmikannya logo IB di harapkan bisa menjadi logo yang mewakili identitas industri perbankan syariah di Indonesia, memudahkan masyarakat untuk mengenali Layanan Syariah di seluruh Indonesia dan memberi keyakinan dan rasa nyaman bagi masyarakat, yaitu dengan adanya logo berarti produk dan layanan bank sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (adil, seimbang, menjaga kebaikan sosial, beretika).Harapan terakhir adalah logo ini mampu memberi nilai tambah bagi bank. Dengan memasang logo, berarti telah menjadi bagian dari sistem perbankan syariah Indonesia yang kokoh, teratur, terpadu dan terus berkembang. Saat ini tepat pukul 00.01 Wib. pergantian hari telah terlewati, dan hari rabu ini, tepat tanggal 02 Juli 2009, adalah saat-saat dua tahun kehadiran warna baru cita rasa perekonomian di Indonesia: islamic Banking (iB), dua tahun telah di kukuhkan sebagai lambang yang mewakili identitas industri perbankan syariah di Indonesia. dalam mengenang 2 lahirnya lambang ini, saya terinspirasi untuk menghadirkan 2 kado lambang kehidupan yang mudah-mudahan dapat mengiktibarkan makna  dari kehadiran logo iB dengan segala visi misi kehadirannya Kado Pertama: Jembatan "Jembatan antara manusia adalah cinta dan kasih sayang. Dalam cinta kita akan menemukan saling pengertian, pengharapan, wales asih, perhatian, peneguhan, dukungan, semangat, dan banyak hal lainnya" Alkisah ada dua orang bersaudara tinggal di suatu ladang. Dulu mereka hidup nyaman, saling bantu, dan saling tolong. Namun, karena suatu masalah, kini mereka berselisih. Kasih sayang yang berlangsung selama hidup berdampingan sepuluh tahun sirna dalam sekejap. Awalnya hanya kesalahpahaman kecil. Lalu menjadi saling ejek dan saling maki, setelah tak bertegur sapa selama seminggu. Pada suatu pagi si kakak kedatangan tamu. Rupanya seorang tukang kayu yang datang lengkap dengan kotak perkakasnya. "Saya mencari kerja. Apakah Anda punya pekerjaan buat saya?" tanya si tukang kayu itu. "0 ya," kata si Kakak. "Saya punya satu pekerjaan untukmu. Coba lihat di sana, di ladang sebelah sana. Di sana tinggal tetangga saya. Ehmm, sebenarnya adik saya. Dua minggu lalu dia membuat masalah dengan saya. Sebelumnya di sana ada sebuah tanah lapang, tapi dia telah menguruk tanah itu dan kini ada sebuah lembah kecil di sana. Mungkin ia ingin membatasi tanahnya dengan lembah itu.""Tapi," dia berkata lagi, "Saya bisa lakukan yang lebih baik daripada dia. Kamu lihat kumpulan kayu di lumbung itu? Saya ingin kamu membuat pagar. Dan ingat, tingginya harus 10 meter sehingga dia tak akan bisa lagi melihat ladang saya lagi. Saya ingin memberinya pelajaran.""Baiklah, saya bisa mengerti masalahnya," jawab si tukang kayu. "Sekarang, tunjukkan di mana palu dan paku supaya saya bisa mulai bekerja. Saya akan membuat Anda senang dengan pe­kerjaan saya ini."Sang kakak menunjukkan tempat perkakas milikinya, lalu pergi ke kota untuk membeli beberapa barang sehari-hari. la juga berpesan kepada si tukang kayu untuk menyelesaikan tugasnya itu dalam seminggu. Jadi, selesai tepat saat ia kembali dari kota. Tibalah saat itu. Matahari hampir tenggelam ketika sang kakak tiba dari kota. la langsung menuju "perbatasan" ladang itu. Matanya terbelalak. Betapa kagetnya ia, sebab di sana tidak dilihatnya pagar. Yang ada justru sebuah jembatan yang meng­hubungkan ladangnya dengan ladang adiknya.Di ujung yang lainnya, sang adik ternyata telah berdiri sambil melambai-lambaikan tangan. Dalam temaram senja kedua kakak-beradik itu bertemu di tengah jembatan. Sang adik berkata, "Kak, engkau begitu baik telah membuatkan satu jembatan buat kita berdua. Padahal aku yang memulai segalanya. Aku yang membuat lembah ini sebagai batas di antara kita. Engkau begitu baik, walaupun atas segala yang pernah kuucapkan dan telah kuperbuat." Sang kakak tak menyangka seperti ini ke­jadiannya. Sebenarnya ia ingin juga membuat batas di antara mereka. Kedua tangan kakak-beradik itu lalu terbuka untuk saling berpelukan. Di tempat yang agak jauh si tukang kayu menyaksikan adegan itu. Kemudian memanggung perkakasnya. Bersip pergi. Jembatan antar manusia adalah cinta dan kasih sayang. Dalam cinta kita akan menemukan ssaling pengertian, pengharapan, wales asih, perhatian, peneguhan, dukungan, semangat,dan banyak hal lainnya. Jika tak bisa menemukan cara untuk memberikan kasih kepada orang banyak, setidaknya kita punya cara untuk mengingat bahwa kita telah lakukan yang terbaik. Sesungguhnya yang kita butuhkan hanyalah sedikit sentuhan bahwa sebenarnya kita adalah satu dan kita punya keinginan yang sama: Bahagia. Kado Kedua: Kupu-kupu "Bahagia adalah udara. Kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pila kebahagiaan itu pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh. "Mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu ditaman yang indah. Sulit bagi mereka yang terlalu bernafsu. Tapi, mudah bagi yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini, mengejarnya dengan berlari kencang keseluruh penjuru arah. Seperti mengejar kupu-kupu hingga keindahan bunga-bunga tiada ternikmati, taman yang indah menjadi terkoyak-koyak, dan hilang keasrianya, sementara kupu-kupu tiada kunjung di dapat". Ada seorang pemuda di tepian telaga tampak termenung. Matanya kosong,menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah dilewatinya, namun tak satu pun titik membuatnya puas. Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain di sana."Sedang apa kau di sini, Anak Muda?" tanya orang itu. Rupanya suara seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan?" Anak muda itu menoleh. "Aku lelah, Pak Tua. Telah berkilometer jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Ke manakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?" Kakek Tua mengambil tempat di samping pemuda itu lagi mendengarkan keluhan pemuda itu dengan penuh perhatian. Dipandanginya wajah lelah si pemuda. Lalu, ia berkata, "Di depan sana ada taman. Jika kau ingin jawabannya, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku."Pemuda itu menatap kakek itu. Tidak percaya. Si kakek menganggukkan kepalanya. "Ya...,tangkapkan seekor kupu-kupu untukku dengan tanganmu," kakek itu mengulang kalimatnya. Perlahan pemuda itu bangkit. la menuju arah yang ditunjuk kakek tadi. Ke taman. Dan benar, ia menemukan taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga bermekaran. Tak heran banyak kupu-kupu berterbangan di sana. Anak muda itu mulai bergerak. Mengendap­endap. Ditujunya sebuah sasaran. Perlahan, Hap! . Luput. Segera dikejarnya lagi kupu-kupu itu. Ia tak mau kehilangan buruan. Sekali lagi tanganya menyambar. Hap! Gagal. Pemuda itu mulai berlari tak beraturan. Menerjang ke sana ke sini. Merobek ilalang, menerjang,mengejar kupu-kupu itu. Gerakannya semakin liar. Sejam, dua jam. Belum ada tanda-tanda pemuda itu akan berhenti. Belum ada kupu-kupu tertangkap. Pemuda itu mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Tiba-tiba ada teriakan, "Berhenti dulu, Anak muda, "istirahatlah" Rupanya Sang Kakek. la berjalan perlahan. Tapi lihatlah! Ada sekumpulan kupu-kupu bertebangan di kedua sisinya. Beberapa hinggap di tubuh tua itu. "Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari ke­bahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu." Tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. la tak akan Iari ke mana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu Sering datang sendiri."Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Dan, seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu memancarkan keindahan. Pesonanya begitu mengagumkan. Kelopak sayap yang mengalun perlahan Iayaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah. Seindah ke­bahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya. Benar, mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit bagi mereka yang terlalu bernafsu. Tapi, mudah bagi yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini. Kita dapat saja me­ngejarnya dengan berlari kencang ke seluruh penjuru arah. Namun, kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa didapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat digenggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara. Kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh. Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekeria, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita, dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi, dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita. Bahagia itu ada di mana-mana. Rasa itu ada disekitar kita. Bahkan, bahagia itu hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya.Mungkin juga bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya. Hikmah: Dengan hadirnya logo iB, semoga mampu menjadi jembantan bagi industri Perbankan Konvensional dan Syariah. Dengan hadirnya iB, semoga menjadi wadah bagi setiap insan yang berhimpun didalamnya menemukan jalan untuk berbisnis yang dapat menghadirkan kebahagiaan, dan ketenangan lahir dan bathin dengan transaksi yang barokkah, penuh maslahah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun