Arman terdiam. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Rima adalah cinta sejatinya, dan keputusan untuk menikahi Siska adalah kesalahan besar yang kini ia sesali.
"Maafkan aku, Siska. Aku tidak pernah ingin menyakitimu, tapi... aku tidak bisa melupakan Rima," jawab Arman dengan suara lirih.
Siska merasa terluka, namun ia tahu bahwa ia tidak bisa memaksa cinta. Dengan berat hati, ia meminta Arman untuk kembali kepada Rima dan anak-anaknya.
Arman mendatangi rumah Rima dengan penuh penyesalan. Ia membawa bunga dan surat permohonan maaf. Namun, saat bertemu dengan Rima, ia sadar bahwa wanita itu telah berubah. Rima bukan lagi wanita rapuh yang bergantung padanya.
"Rima, aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita kembali bersama," kata Arman dengan mata berkaca-kaca.
Rima menatap Arman dengan tatapan tenang. "Abang, aku sudah memaafkanmu. Tapi cinta itu seperti kaca. Sekali pecah, sulit untuk kembali seperti semula. Abang sudah memilih jalan abang, dan aku juga sudah memilih jalanku. Mari kita jalani hidup masing-masing dengan damai, demi anak-anak."
Kata-kata Rima terasa seperti pukulan telak bagi Arman. Ia menyadari bahwa ia telah kehilangan wanita terbaik dalam hidupnya.
Waktu terus berlalu, dan Rima semakin menemukan kebahagiaannya. Ia semakin dekat dengan Radit, yang selalu memberinya dukungan dan kebahagiaan. Meski luka di masa lalunya tidak sepenuhnya hilang, ia percaya bahwa Tuhan telah merencanakan sesuatu yang indah untuknya.
Kini, Rima menjalani hidupnya dengan penuh syukur, membesarkan anak-anaknya dengan cinta, dan tetap melangkah maju tanpa menoleh ke masa lalu.Tiga tahun berlalu sejak perceraian Rima dan Arman. Selama itu, Rima telah menjalani banyak perubahan besar dalam hidupnya. Ia menikah dengan Radit, seorang pria penyayang yang mencintainya tanpa syarat. Radit tidak hanya mencintai Rima, tetapi juga menerima ketiga anaknya---Rian, Ana, dan si kecil yang lahir beberapa bulan setelah perpisahannya dengan Arman.
Radit adalah pria yang lembut dan bertanggung jawab. Ia tak pernah membedakan kasih sayangnya kepada anak-anak Rima, bahkan selalu memastikan mereka merasa dicintai seperti anak kandungnya sendiri.
Sementara itu, kehidupan Arman berubah menjadi bayangan kelam dari kebahagiaan yang dulu ia miliki. Pernikahannya dengan Siska berakhir dengan perceraian setelah satu tahun. Ketidakhadiran cinta yang tulus di antara mereka membuat hubungan itu tak bertahan lama.