Perjalanan Dunia Bersama Istri
Aku dan istriku memutuskan untuk melakukan perjalanan panjang yang berbeda dari biasanya. Kali ini, kami tidak memilih pesawat atau kereta api, tapi motor tua yang sudah setia menemani kami selama bertahun-tahun. Dengan motor itu, kami ingin menjelajahi dunia, melihat keindahan alam, dan memahami beragam budaya yang tersembunyi di balik tiap jalanan.
Perjalanan kami dimulai dari kota kecil tempat kami tinggal. Udara pagi yang segar menyambut kami saat meluncur melalui jalan raya yang sunyi. Istriku, yang biasa duduk di belakangku, memeluk erat pinggangku. Setiap detik yang kami lalui bersama di atas motor ini adalah momen berharga yang akan kami kenang selamanya.
Semakin jauh kami melaju, semakin banyak budaya yang kami temui. Di setiap daerah, kami bertemu dengan orang-orang yang memiliki cara hidup yang sangat berbeda. Di satu desa di pegunungan, misalnya, kami bertemu dengan penduduk yang sangat ramah. Mereka menyapa kami dengan senyum hangat dan menawarkan kami makanan lokal yang tak pernah kami cicipi sebelumnya. Nasi jagung dengan sambal pedas, yang ternyata menjadi hidangan khas daerah itu. Meski kami tidak mengerti bahasa mereka, senyuman dan sikap ramah mereka sudah cukup untuk menjembatani perbedaan kami.
Di kota berikutnya, kami terkejut melihat betapa padatnya kehidupan malam. Lampu-lampu neon menyala terang, dan orang-orang berkeliling di jalan-jalan sambil berbicara dalam bahasa asing yang cepat. Kami berhenti untuk mengisi bahan bakar motor, dan seorang pria muda yang sedang duduk di kafe di samping pom bensin menghampiri kami. Dia mengajak kami berbicara dan menceritakan bahwa di kota ini, malam adalah waktu untuk bersosialisasi, menikmati musik, dan berbagi cerita. Kami pun ikut merasakan keceriaan itu sejenak, menyatu dengan kebudayaan yang berbeda.
Di tempat lain, kami tiba di sebuah kota kecil tepi laut. Orang-orang di sini hidup sederhana, tetapi penuh dengan keceriaan. Anak-anak bermain di pantai dengan wajah ceria, dan ibu-ibu menenun kain dengan tangan mereka yang terampil. Mereka memiliki kebiasaan saling membantu tanpa meminta balasan. Kami ikut bergabung dalam tradisi lokal yang sudah berlangsung turun-temurun, yakni berbagi makanan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Hal ini membuat kami merasa sangat diberkati, menyadari bahwa dunia ini penuh dengan kebaikan yang bisa ditemukan di setiap sudutnya.
Kami juga mengunjungi sebuah desa di tengah hutan tropis yang sepi. Di sana, kami belajar tentang cara hidup yang dekat dengan alam. Mereka menjaga kelestarian hutan dan sungai dengan sangat hati-hati, karena itu adalah sumber kehidupan mereka. Kami berjalan-jalan di tengah hutan, dengan suara burung yang merdu dan dedaunan yang bergesekan. Kami belajar banyak tentang kebijaksanaan mereka dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Sepanjang perjalanan, kami berdua semakin merasa dekat satu sama lain. Terkadang, kami hanya duduk berdua di atas motor, menikmati pemandangan, dan berbicara tentang apa yang kami temui. Istriku bercerita tentang mimpinya melihat dunia yang lebih luas, sementara aku menceritakan pengalamanku di masa lalu yang membuatku ingin terus menjelajah.
Perjalanan ini tak hanya mengajarkan kami tentang keberagaman dunia, tetapi juga tentang kekuatan cinta dan kebersamaan. Kami menyadari bahwa meskipun dunia ini sangat besar dan penuh dengan perbedaan, ada satu hal yang menghubungkan setiap manusia, yaitu rasa saling memahami dan berbagi.
Dan dengan motor tua itu, kami terus melaju, melewati jalanan yang tak terhitung jumlahnya, menuju tempat-tempat yang lebih jauh, lebih indah, dan lebih kaya akan cerita. Karena bersama istriku, dunia ini terasa lebih indah dari yang pernah kami bayangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI