Mila merinding. Kereta berhantu? Namun, dia tidak punya waktu untuk berpikir lama karena tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh tangan-tangan dingin dari penumpang lainnya. Mereka mencengkeram erat, menariknya ke kursi, memaksanya untuk duduk.
Kereta mulai melaju lebih cepat. Pemandangan di luar berubah. Bukan kota yang dilihatnya, melainkan kuburan, hutan gelap, dan bayangan-bayangan hitam yang melayang. Mila menjerit, tetapi suaranya tenggelam di tengah tawa seram para penumpang.
Saat dia merasa semuanya akan berakhir, suara azan tiba-tiba terdengar. Suara itu nyaring dan memecah kegelapan. Penumpang-penumpang itu berteriak kesakitan, melepaskan Mila. Kabut hitam yang melingkupi kereta mulai memudar.
Ketika Mila membuka matanya, dia sudah berada di bangku stasiun. Seorang petugas stasiun menggoyangkan bahunya. "Mbak, sudah pagi. Mau ke mana?"
Mila terengah-engah. Dia melihat sekeliling. Kereta tua itu sudah tidak ada. Tapi di lantai dekat kakinya, ada tiket lusuh bertuliskan "609" dan tanggal yang tidak pernah ada di kalender.
Sejak saat itu, Mila bersumpah tidak akan pernah menunggu kereta di malam hari lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H