Kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan memicu kekhawatiran menguatnya aksi terorisme di dunia. Masih segar dalam ingatan tatkala Taliban berkuasa melindungi kelompok Al Qaida yg dituduh mendalangi aksi terorisme di AS yang dikenal dengan peristiwa 11 September.
Merebaknya kekhawatiran terorisme kembali menguat di dunia karena difasilitasi Taliban terus bermunculan. Beberapa negara juga langsung memberikan pesan kepada Taliban untuk tidak melakukan tindakan yang akan menguatkan aksi terorisme. Perwakilan China untuk PBB Gheng Shuang mengingatkan Taliban untuk tidak kembali menjadikan Afghanistan surga kelompok teroris. Â
Di sisi lain, ada sebagian kalangan yang menitipkan harapan bahwa dengan kembalinya kekuasaan Taliban akan menjadi momentum menguatnya pembelaan terhadap kaum muslim di beberapa tempat seperti Palestina, Kashmir dan Uighur yang selama ini masih menderita. Hal ini tidak lepas dari adanya anggapan bahwa aksi terorisme tersebut merupakan balasan dari tertindasnya kaum muslim di Palestina, Kashmir dan beberapa tempat lainnya. Namun sepertinya harapan ini juga akan juga sirna setelah Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen pada bulan Juli lalu mengatakan bahwa Taliban memang peduli pada penderitaan sesama muslim di berbagai penjuru dunia tapi tidak akan mencampuri urusan dalam negeri China.
Tampaknya pasca Taliban berkuasa, orientasi politiknya cenderung lebih mendekat ke China. Hal ini didukung dengan bukti bahwa Taliban membuka tawaran investasi di Afghanistan. Â Padahal bagi pemerintah sebelumnya adalah hal yang tabu --- karena akan mengundang kemarahan AS.Â
Seharusnya kita tidak perlu heran terhadap perlakuan terbuka Taliban atas China karena pada tahun 2016 Taliban menawarkan perlindungan kepada pekerja tambang China di wilayah Mes Aynak dekat Kabul. Sehingga "kerja sama" antara Taliban dan China bukan pertama kali terjadi.
Selain akan memuluskan Sabuk Sutera China, kerjasama yang mesra antara China dengan pemerintah Afghanistan yang dikuasai Taliban akan memperkuat pengaruh geopolitik yang selama ini sudah dijalin dengan Pakistan untuk membendung pengaruh India yang sedang menggeliat di kawasan Asia Selatan.
Berlarut-larutnya penindasan umat Islam yang terjadi di beberapa tempat menimbulkan kerinduan yang luar biasa terhadap kemunculan negara pembebas. Negara yang pernah dipraktekan Nabi, sahabat dan para khalifah yang menjadi perisai umat dan menjaga kehormatan umat Islam selama berabad-abad. Sehingga wajar munculnya negara yang bernuansa Islami selalu dirindukan umat Islam dengan harapan akan mampu membebaskan saudara-saudaranya dari berbagai penindasan.
Namun sayang, kemenangan Taliban di Afganistan kali ini belum mengarah pada kemenangan kaum muslimin dunia. Sehingga lagi-lagi kaum muslimin harus menyadari bahwa kemenangan Islam tidak pernah terjadi di bagian kecil dunia saja, namun harus senantiasa menyeluruh dan menaungi hak-hak kaum muslimin sedunia. Seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya sampai di Kekhilafahan Utsmaniyah di Istanbul lalu.
Ditulis oleh Bunda Mira (Aktivis Dakwah di Bandung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H