Mohon tunggu...
Muslimah Jepang
Muslimah Jepang Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Hobi saya salah satunya traveling, konten kepenulisan yang paling saya sukai ialah bagian dari Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Kkn di Kota Rasa Pedalaman

6 Juni 2024   16:56 Diperbarui: 6 Juni 2024   17:04 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

2 menit setelah perjalanan kami tiba-tiba terhenti dengan kilatan putih yang melintas, "apa tuh", ucapku merasakan Qurrota memegang erat pundakku "burung kali" ucapnya dengan menenangkan suasana yang memang tenang dan tegang. Kami melanjutkan perjalanan sesampainya di Masjid kami bertemu dengan pengurus Masjid dan sekaligus meminta izin untuk menumpang mandi dan shalat shubuh berjamaah. 

Kami diberi izin sekaligus diberi peringatan bahwa desa disini jarang ada yang ingin keluar shubuh banget karena sering bertemu dengan "kuyang". Kami tiba-tiba kaget, apakah benar di kota ada yang seperti itu? Bukankah cerita horror itu hanya ada dipedalaman dengan kekuatan Iman kami tidak mempercayainya lalu meneruskan pulang ke kosan tiba --tiba dengan ketidakpercayaan itu kamipun diperlihatkan sosok aslinya yang biasa dipanggil dengan sebutan "Kuyang". 

Ia tertawa dan menatap tajam seakan ingin menangkap dan mencabik-cabik kami, beruntungnya dengan kekuatan pembalap saya melajukan motor, hingga tiba di kosan dengan sekujur tubuh gemetaran dan wajah pucat pasih. Walaupun dikatakan kami mahasiswi yang terbiasa tinggal di Mushallah tetap saja kami punya rasa takut disaat terdesak seperti itu, kadang hadir tanpa bisa diatur. Setelah kejadian itu kami udah mulai ketakutan apabila harus keluar malam-shubuh.

Sebulan telah berlalu arahan dari Kepala Sekolah kepada kelompok KKN kami ialah mengadakan ILT OSIS semacam kepemimpinan OSIS yang mengharuskan kegiatannya 3 hari 2 malam bermalam di Sekolah, kami kembali mengingat kejadian Kuyang tersebut tepat sekali di depan Sekolah tempat pengabdian. 

Lagi-lagi apapun kejadian mistis tidak akan menjadi alasan tidak terjalannya program kerja tersebut. Akhirnya kami menyepakatinya dengan rencana-rencana yang matang hingga di malam pertama kegiatan tersebut dimulai dengan kesurupan massal, sebabnya hanya sepele saja karena anak-anak sebelum tidur bercerita horror kemudian saling takut dan akhirnya menjadikan dipikiran hal-hal mistis bisa jadi yang lemah iman jadinya kesurupan karena ketakutannya itu sendiri. 

Setelah kesurupan massal itu tiba-tiba ada kejadian salah satu guru sedang duduk menjaga dipos yang kami tugasi ternyata 2 jam selangnya guru tersebut baru datang dari rumah, jadi kami pikir yang kami lewati tadi siapa?. Kami mulai merasa ada hawa yang tidak enak namun tidak mungkin kami sebagai mahasiswi panik karena ada anak-anak SMP yang notabenenya masih kecil yang harus ditenangkan lebih dulu.

Malam kesatu sudah terlewati dengan kejanggalan yang ada, tapi kami tidak memberhentikan kegiatan tersebut, kami tetap melanjutkannya hingga tiba pada malam kedua puncak kegiatan tengah berlangsung kami mengira semuanya aman ternyata pada pagi harinya kami seketika terkejut disaat semua anak-anak tertidur dan mengatakan tidak ada apa-apa yang terjadi tadi malam, mereka tidak berkegiatan. 

Lalu siapakah semua siswa tadi malam yang kami ospek dan beri rintangan itu? Siapakah siswa yang kami ajak satu persatu ngobrol? Semua diluar nalar fikir kami. Namun dengan mengerti unsur kesopanan apalagi ini pertama kalinya ada kegiatan yang sampai berhari-hari di lingkungan sekolah jadi akhirnya kami memutuskan untuk diam-diam saja menanggung kengerian itu di diri masing-masing. Disitulah saya menyadari bahwa hal mistis nyata adanya, ia begitu dekat dengan kita. 

Sedikit saja kelalaian serta menurunnya kadar iman seseorang disitu pula ia begitu mudah memperdayah kita. Aku juga menyadari andai saja kami tidak terus mengingat Allah bisa jadi kejadian-kejadian itu membuat kami celaka ternyata patut disyukuri ialah kami bersepuluh melewati hal-hal mistis dengan selamat sentosa hingga waktu KKN berakhir. Namun kenangan kejadian tersebut menghantui disetiap kami berada di situasi yang sama. 

Sekilas tak menghilangkan nyawa, sekilas tak menghadirkan luka dan darah namun kejadian tersebut terus memberikan kesan trauma bagi kami. Bahkan yang dulunya saya tidak percaya dengan adanya kuyang akhirnya kini saya percaya bahwa ia benar ada dan yang pernah saya dengar dari salah satu Dosen di kampus mengatakan Kuyang ialah hantu yang tak bisa diusir dengan ayat Alquran, namun tentunya bagi saya Kuyang bisa diusir dengan terus melibatkan Allah SWT. Tak ada luka yang dalam selain kenangan yang kelam sama seperti yang kami rasakan saat KKN tahun 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun