Mohon tunggu...
Muslimah HTI Ciampea
Muslimah HTI Ciampea Mohon Tunggu... -

Dokter umat yang bertugas untuk mencerdaskan pemikiran umat demi kebangkitan hakiki

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY, Jokowi, Tak Jauh Beda

25 Oktober 2014   02:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:50 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden baru terpilih, Joko Widodo, memastikan niatnya untuk menaikkan BBM sebesar 46,1% akan terealisasi mulai 1 November 2014 (Kompas.com). Ini sesuai dengan prediksi beberapa kalangan termasuk penulis, bahwa tidak ada bedanya antara SBY, Jokowi, atau siapapun presidennya. Dalih pengalihan subsidi untuk kepentingan rakyat dan penyelamatan APBN sungguh hanya omong kosong belaka. Tak ada ceritanya pembangunan infrastruktur yang berarti setelah kenaikan BBM tahun lalu.Lagipula pajak merupakan persentase terbesar dalam APBN, 20% sisanya dari kehutanan, pertambangan, kelautan, dll. Subsidi BBM termasuk secuil bagian dari 20% tersebut. Lalu bagaimana bias dikatakan penyelamatan APBN?

Hal yang paling terpampang nyata, harga Rp.9500, bisa membuat orang berpikir, apakah akan membeli premium ataukah pertamax dengan hanya perbedaan Rp.2000 saja per liter dengan pertimbangan kualitas termasuk di dalamnya. Sehingga banyak yang akan membuka diri untuk mau memasukkan kendaraannya ke SPBU selain Pertamina. Inilah yang diharapkan SPBU asing sedari dulu sehingga tidak lagi sepi pelanggan. Tapi apakah ini juga yang diharapkan oleh rakyat? Apa kemiskinan, kriminalitas, putus sekolah dengan angka yang tinggi yang diinginkan oleh pemerintah? Kalo tidak, tapi mengapa malah mengambil langkah yang tidak populis dan tidak pro rakyat?

Itulah, jika kita ‘manut’ pada liberalisasi ekonomi yang dijamin dalam UU Migas No. 22/2001 yang menyerahkan harga ke mekanisme pasar. Maka tak akan ada beda, siapapun presidennya, selama sistem kapitalis yang notabene melahirkan liberalisasi di segala lini tetap diterapkan, selama itu pula kata sejahtera untuk semua tak akan pernah tersemat dalam kehidupan kita sebagai manusia. Saatnya ganti sistem!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun