Dengan mengutamakan kualitas produk, pelan tapi pasti harapan Dayinta terwujud. Tidak sedikit para perempuan ikut menjalankan bisnis fesyen bersama Mbak Ida. Tak hanya di ruang lingkup kota Lamongan saja, tetapi Mitra Dayinta ini sudah menyebar di penjuru Indonesia, bahkan juga di luar Indonesia, sebut saja Jepang.
"Rata-rata saya mendapatkan customer justru lewat online, yakni facebook. Begitu juga dengan agen-agen Dayinta, saya mengenal mereka lewat facebook, Mbak. Jadi tak heran pasarnya cepat tersebar luas karena saya berbisnis fokus di online, jelasnya.
Kolaborasi adalah Kunci Dayinta Tegap Berdiri
Ketika saya bertanya apa tantangan terberat saat membangun Dayinta, Mbak Ida menjawab terbatasnya modal. Saya dan suami tidak memiliki pekerjaan tetap. Jadi kami tidak punya gaji layaknya pekerja kantoran. Makanya kenapa saya bilang modal masih menjadi kendala hingga saat ini, ya karena 90% kami mengandalkan Dayinta untuk makan dan kebutuhan lain-lain.Â
Untuk menyiasati itu, agar Dayinta tetap bisa berdiri tegap dan bisa berkembang dari hari ke hari, Mbak Ida menerapkan sistem pre order pada semua agen dan customernya. Pre order model bisnis yang sudah umum diterapkan oleh rata-rata pelaku bisnis online. Di mana antara penjual dan konsumen bersepakat untuk membayar sejumlah uang di awal, lalu barang pun akan datang selang beberapa waktu kemudian. Menurut Mbak Ida, sistem pre order ini sangat membantu.
Ketika sistem pre order ini diterapkan, sementara Mbak Ida juga bukan perempuan yang menguasai ilmu designer, maka Ia memutuskan untuk berkolaborasi bersama jasa maklon konveksi. Mbak ida cukup berbelanja bahan baku berkualitas untuk calon produk premiumnya, sementara ada tangan-tangan kreatif yang nanti akan mengubah bahan baku tersebut menjadi produk Dayinta yang menarik perhatian pencintanya.
"Bukan buntung, justru saya banyak untung di sini. Dalam pikiran saya, di era teknologi berkembang bukan saatnya saling menjatuhkan. Justru jika bisa saling menguntungkan dengan cara kolaborasi, kenapa tidak?" ungkapnya penuh semangat.Saya pun sepakat karena bagaimanapun banyak peluang era digital yang bisa dikolaborasikan guna mendapatkan hasil yang maksimal.
Dari Pesanan Sebiji, Kini Merambah Menjadi Berkodi-kodi
"Saya mulai kewalahan menerima pesanan produk Dayinta. Apalagi menjelang ramadan dan lebaran, rumah saya yang sempit ini bisa nggak muat," begitu ungkapnya. Maka di sini nggak heran ketika Mbak ida mulai menggandeng para perempuan di desanya untuk turut andil dalam bisnis fashion Dayinta. Hingga bisa dikatakan Dayinta telah berkembang menjadi bisnis fesyen berbasis UMKM yang saling mendukung satu sama lain.
Pandemi Bukan Ujian, Melainkan Keberkahan
Sejak Dayinta ini lebih banyak memberdayakan tenaga perempuan, disusul pandemi datang. Awalnya, Mbak ida berpikir bahwa bisnis fesyen ini akan terdampak seperti bisnis-bisnis lainnya. Ternyata, di luar dugaan bahwa pandemi untuk Dayinta adalah keberkahan.
"Saat pandemi banyak orang yang mencari pekerjaan secara online. Dan di sini saya merasa diuntungkan karena banyak perempuan yang mendaftar menjadi reseller Dayinta. Ada juga yang ingin menjadi agen."
Mbak Ida pun mengatakan justru pandemi ini membuatnya lebih produktif. Ia bisa merambah ke bisnis lain, yakni bisnis fotografi. Ia membuka kelas foto secara online yang tujuannya lagi dan lagi ingin memberdayakan para perempuan.
Tak disangka, kelas foto yang mulanya dilakukan dengan iseng atau bisa dikatakan hanya ingin memanfaatkan peluang sekaligus menambah kran bisnis,ternyata bisa menjadi penghasilan online kedua yang omsetnya cukup lumayan. Sebab, untuk mendukung kelas foto tersebut, ternyata banyak permintaan dari peserta kelas agar Mba ida juga menjual properti-properti foto yang dibutuhkan oleh mereka.