Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tukang Sapu Saja Pensiunnya 500 Juta, Lha Sampeyan?

31 Maret 2015   15:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14277922242096722321

[caption id="attachment_406828" align="aligncenter" width="525" caption="Surat Pembaca di Suara Merdeka (foto dindin)"][/caption]

Beberapa kali Pak Ratno  terlihat menghela nafas berat. Tangan keriputnya memegang koran. Mata tuanya tampak nanar melihat baris demi baris berita koran pagi itu.

“Iki lho Mas wacanen” ia menyodorkan korannya padaku

Saya bergegas mencari bagian koran yang diberikan. Apa yang menarik pria tua itu sehingga harus memberitahunya padaku?

“Ckckck… Mujur banget jadi PNS. Tukang sapu saja bisa dapet pensiun 500 juta. Apa lagi golongan  di atasnya, milyaran  dapatnya tuh. Fantastik banget. Kerja takbegitu berat, gaji banyak, pensiun masih  dapet durian runtuh lagi. Siapa saja mau” ucap saya kepada Pak Ratno setelah membaca koran itu.

“Itulah Mas Didin, beda seribu derajat dengan nasib saya kan?” Pak Ratno menjawab dengan raut muka kecewa.

Pak Ratno adalah tetangga saya.  Dulu sebelum pensiun  bekerja sebagai penjaga sekolah di sebuah sekolah swasta di Semarang. Pekerjaan itu ia tekuni dengan sepenuh hati. Pagi-pagi setelah azan Subuh ia sudah menuju tempat kerja, menyapu halaman, menyiram tanaman, mengepel kelas-kelas, dan menata bangku-bangku sekolah.

Walau gaji yang ia terima selalu habis dalam hitungan hari, namun ia tetap semangat dalam bekerja. Beruntung istrinya bekerja sebagai buruh cuci di kampung. Jadi cukup membantu menambah penghasilan.

Awal tahun ini   kepala sekolah memanggilnya. Memberitahukan bahwa ia harus pensiun. Tenaganya sudah tidak dibutuhkan lagi, mengingat banyak pekerjaan berat yang tidak terselesaikan. Sang pimpinan  waktu itu memberikan segepok uang. Sebagai tali asih katanya.

Ketika   hendak mendandatangani kuitansi  tanda terima ia baru tahu uang yang akan diterimanya hanya 10 juta.

“Kok hanya segini pak. Saya bekerja di sini kan sudah puluhan tahun” ia bertanya kepada pimpinan

“Ia pak Ratno. Sekolah tidak punya banyak uang untuk memberikan   tali asih kepada Pak Ratno” kata sang pimpinan.

“ Ya sudah pak saya terima. Muga-muga berkah buat saya dan keluarga” ucap Pak Ratno datar.

Hari-hari berikutnya adalah penderitaan yang berkepanjangan. Takada lagi gaji bulanan. Takada lagi uang lainnya. Uang tali asihpun dalam bebera bulan habis. Takberbekas.  Apalagi istrinya kemudian meninggal karena sakit. Untuk menyambung hidup Pak Ratno menjadi tukang parkir dan penjaga masjid di kampungnya.

“Kok bisa ya Mas. Sama-sama menjadi tukang sapu. Mereka bisa dapat  pensiun 500 juta saya kok hanya 10 juta. Kok beda jauh nasibnya. Saya juga kan ikut mencerdaskan anak bangsa. Di mana keadilan itu. Di mana  revolusi mentalnya” ia mengguman.

“Saya juga tidak tahu pak. Bisa jadi itu sudah nasib Sampeyan”  jawab  saya sekenanya.

“Lha kalo sampeyan nanti pensiunnya berapa Mas” pak Ratno bertanya.

Saya hanya garuk-garuk kepala dan tersenyum kecut.

Bagi kebanyakan orang masa pensiun menjadi masalah yang sangat serius. Jika Anda PNS mungkin bisa bernapas lega. Pemerintah dengan segenap jiwa raga menjamin hidup Sampeyan sedemikian rupa sampai usia senja.

Namun bagi Anda para pekerja swasta,  berhematlah sedari sekarang. Menabung sebanyak dan sesering mungkin. Jika tidak, nasib Sampeyan takkan jauh beda dengan Pak Ratno. Kecuali jika pemerintah mau berbagi, berempati, dan sedikit memikirkan nasib rakyatnya.

Ngijo, Akhir Maret 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun