Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tiga Hal yang Mengganggu Pariwisataku

22 Januari 2015   06:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:37 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_392432" align="aligncenter" width="490" caption="  Pantai Tanjung Ann Lombok  Selatan; surga yang belum banyak tersentuh (foto dindin)"][/caption]

Takberlebihan jika ada ungkapan Tuhan menciptakan Indonesia sambil tersenyum. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia adalah untaian zamrud katulistiwa yang sungguh tiada duanya di dunia ini. Keindahan alamnya takada tandingannya. Kekayaan laut, hutan, lembah, gunung, dan sungainya sungguh menawan. Kekayaan   itu semakin lengkap karena Indonesia didiami oleh ratusan suku bangsa yang memiliki corak dan budaya yang beragam. Sungguh kekayaan yang takternilai harganya.

Sayangnya kekayaan wisata Indonesia ini belum sepenuhnya menjadi pundi-pundi  pendulang pendapatan negara. Masih banyaknya persoalan mendasar yang belum diselesaikan, tampaknya menjadi hambatan tumbuhnya sector pariwisata.  Padahal seharusnya, bermodal hal-hal tersebut di atas Indonesia bisa mendapatkan banyak devisa seperti yang dilakukan oleh negara-negara tetangga kita seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Beberapa hal mendasar yang menghambat pertumbuhan  sector pariwisata Indonesia antara lain, kesiapan infrastruktur, komitmen pemerintah, kesiapan masyarakat.

Kesiapan Infrastruktur

[caption id="attachment_392433" align="aligncenter" width="490" caption="Infrastruktur yang buruk sangat berpengaruh terhadap opini wisatawan. Mobil saya naiki terperosok di jembatan Pulau Samosir Sumut (foto dindin)"]

1421858456544135605
1421858456544135605
[/caption]

Ketersediaan infrastruktur yang baik adalah  salah satu indicator utama pertumbuhan ekonomi, termasuk pariwisata. Di beberapa negara-  Malaysia misalnya-masalah infrastruktur jalan sudah selesai. Hampir semua negara bagian di negara itu telah dihubungkan oleh jalan tol yang berkualitas bagus. Sehingga jarak tempuh menjadi lebih singkat dan nyaman.

Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak tentang infrastruktur jalan. Beberapa daerah yang sempat  saya kunjungi hanya  beberapa wilayah saja yang memiliki infrastruktur jalan yang bagus. Sebut saja sepanjang pantai barat provinsi Nangroe Aceh Darussalam mulai dari Banda Aceh, Tapaktuan, Meulaboh, sampai Subulussalam jalannya relatif bagus. Tetapi begitu memasuki wilayah Sumatera Utara dan seterusnya banyak menemui jalan yang tidak begitu mulus.

Kondisi jalan ini setali tiga uang dengan yang ada di pulau Jawa. Hampir semua jalan di Jawa memiliki kualitas yang kurang bagus, apalagi pantura maupaun yang melewati pantai selatan Jawa. Ini dapat dimaklumi karena volume kendaraan yang lewat di daerah Jawa berbeda dengan daerah lainnya.

Kondisi infrastruktur jalan di Bali dan Lombok relatif cukup baik, mengingat daerah ini adalah daerah tujuan wisata yang sangat popular bagi wisatawan domestic maupun asing. Hampir semua jalan yang mengelilingi pulau Bali dan Lombok berkualitas bagus dan bersih. Sekali lagi kesiapan insfrastruktur jalan adalah kunci utama pertumbuhan pariwisata Indonesia. Bagaimana mungkin wisatawan dapat menikmati keindahan alam Indonesia kalau harus bersusah payah di perjalanan.

Komitmen Pemerintah

[caption id="attachment_392434" align="aligncenter" width="490" caption="Malaysia sangat welcome dengan wisatawan; saya saat berada di Malaysia Tourism Center Kuala Lumpur (foto dindin)"]

1421858786119896383
1421858786119896383
[/caption]

Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata harus benar-benar komitmen dan focus dalam mengembangkan pariwisata Indonesia. Perlunya terobosan-terobosan yang spektakuler ,total, dan tidak setengah hati dalam memasarkan wisata Indonesia mata dunia.

Publikasi tiada henti   tentang Indonesia, optimalisasi pusat-pusat informasi wisata di daerah-daerah, pemberian insentif dan bagi hasil pajak yang besar bagi daerah-daerah yang secara konsisten menunjukkan perbaikan dalam pengelolaan sector pariwisatanya tentu harus dilakukan.

Komitmen pemerintah ini harus dituangkan dalam rencana strategis berjangka  yang akan dijalankan oleh siapapun pemegang kebijakan nantinya. Sumberdaya manusia yang bertugas di garda terdepan harus  benar-benar harus profesional dan berintegritas tinggi.   Sistem yang banyak memberi kemudahan kepada calon wisatawan harus benar-benar disiapkan.

Kesiapan Masyarakat

Masyarakat Bali bisa menjadi model masyarakat yang siap menyambut wisatawan. Siapapun akan betah di Bali. Baik wisatawan local maupun manca akan meranya nyaman dengan sambutan masyarakat Bali. Karena masyarakat Bali sadar bahwa pariwisata dalah sector yang urat nadi perekonomian mereka. Dari hulu sampai hilir, pariwisata dapat menghasilkan pundi-pundi penghasilan mereka.

[caption id="attachment_392435" align="aligncenter" width="490" caption="Pedagang souvenir di Kuta di Lombok. Setengah memaksa dalam berjualbeli. (foto dindin)"]

14218588901309342565
14218588901309342565
[/caption]

Nah, kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan daerah-daerah wisata lain di Indonesia. Banyak masyakat yang masih memiliki cara pandang keliru tentang wisatawan. Banyak yang beranggapan wisatawan adalah objek yang sangat strategis untuk mengeruk keuntungan sesaat. Jika ini dibiarkan , jangan harap pariwisata Indonesia akan tumbuh seperti Bali. Yang terjadi sebaliknya, kematian pariwisata Indonesia.

[caption id="attachment_392436" align="aligncenter" width="490" caption="Ajakan memuliakan wisatawan, belum sepenuhnya efektif (foto dindin)"]

14218590612115400943
14218590612115400943
[/caption]

Pemerintah mestinya mulai melakukan pendekatan edukasi   kepada masyarakat. Sadar wisata sudah saatnya ditanamkan sejak dini ke generasi kita. Jika perlu masuk kurikulum sekolah. Bukan begitu pak Menteri?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun