Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Susahnya Mengatur ‘Wartawan” Peliput Acara

18 Februari 2016   13:13 Diperbarui: 19 Februari 2016   01:15 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Prosesi Pelatikan Bupati/Walikota di Jawa Tengah oleh Gubernur Ganjar Pranowo diliput banyak media (foto dindin)"][/caption]“Minggir Ndes!”

“Ngerti aturan po ora kuwi!”

“Kamerane kok ana plastike barang. Ngadang-adangi mbul!”

“Pol PP. Do kon minggir kuwi!”

“Kameraku sekali pake lho. Takbalangke mengko”

Kalimat   umpatan plus makian itu sengau terlontar dari beberapa orang yang berdiri di depan saya. Puluhan  wartawan tengah mengambil gambar pelatikan bupati/walikota di Lapangan Pancasila Simpanglima Rabu (17/2) kemarin. Kesal mereka sangat beralasan karena panitia sebenarnya sudah menyiapkan space khusus berupa dua  panggung kecil di samping kiri kanan panggung utama untuk para wartawan. Letaknya  sangat pas, karena di samping lebih tinggi, wartawan juga bisa mendapatkan angel yang sempurna. Namun semua sia-sia.

Semua terampas oleh ulah “wartawan lain” yang takpunya sopan santun. Tujuh, bahkan mungkin sepuluh orang lebih merangsek berdiri mendekati bibir panggung. Menenteng kamera jeprat-jepret sesukanya. Tanpa menghiraukan orang-orang di belakangnya. Beberapa  diantaranya malah memotret dengan kamera hape. Tentu saja  kondisi ini merusak, membuyarkan sudut pengambilan gambar para wartawan yang telah berdiri pada posisi seharusnya. Maka keluarlah ungkapan-ungkapan tadi.  

[caption caption="Both khusus untuk wartawan (foto dindin)"]

[/caption]Bukan hanya orang-orang di sekitar saya saja yang terganggu, tamu undangan para pejabat dari 17 kabupaten/kota  yang duduk di tenda  kiri kanan panggung  juga tidak bisa sempurna melihat prosesi bersejarah itu. Yang terlihat dari kejauhan adalah  kerumunan orang di sekitar panggung pelantikan. Sama sekali tidak sedap dipandang mata. Bahkan dalam acara yang seharusnya sangat khidmat itu, banyak orang berlalu lalang masuk lapangan dengan santainya.

Sudah jamak terjadi,  jika  pemkot atau pemprov menggelar  seremonial besar,  hampir selalu dibanjiri oleh peliput berita. Media cetak, elektronik, local maupun nasional  tumplek blek di sana. Ini jadi simbiosis mutualisme antarkeduanya.

[caption caption="Suasana pelantikan dilihat dari tribun tamu undangan (foto dindin)"]

[/caption]Jauh-jauh hari pihak panitia melalui Sekretaris Daerah (Setda) sebenarnya sudah mengantisipasi ini. Pengawanan di sekitar panggung utama pun berlapis-lapis. Petugas takhenti-hentinya menertibkan mereka agar kembali ke tempat yang sudah disediakan.

Sebenarnya seluruh wartawan yang akan meliput acara itu harus mengenakan ID Card Khusus dari panitia. Namun ternyata hal itu pun tidak sesuai rencana, karena saking banyaknya yang ingin mengabadikan momen ini. Hampir semua orang seolah menjadi juru foto. Jika masing-masing bupati/wakil bupati terpih  membawa tim dokumentasi, berapa jumlah juru foto dadakan yang ada di acara itu? Belum keluarganya, belum penggembira  lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun