[caption id="attachment_223655" align="alignnone" width="300" caption="foto dindin "][/caption] Bulan-bulan  ini banyak pencari kerja di seantero Indonesia menunggu harap diterima menjadi  Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebuah pekerjaan yang sangat diidamkan banyak orang. Bagaimana tidak, untuk ukuran hidup standar, gaji PNS sudah sangat cukup. Pun dengan pangkat dan golongan   terendah sekalipun.
Walau  belum satu kalipun mengikuti seleksi PNS, namun saya bisa merasakan bagaimana sulitnya beradu peruntungaan menjadi PNS. Beberapa rekan satu angkatan semasa kuliah dulu bahkan sudah ada yang puluhan kali mengikuti seleksi, namun nasib baik tampaknya belum berpihak, jadi ya selalu gigit jari. Kini di sisa injuri time batas usianya, ia masih punya harapan.  "Siapa tahu, ada keajaiban" katanya.
Jujur, bukannya tidak kepingin menjadi PNS, namun hidup adalah sebuah pilihan, dan pilihan saya menjadi pegawai partikelir. Siapa sih yang tidak kepengin memiliki gaji cukup dan jenjang karir yang jelas? Itu kan yang diharapkan oleh anak, istri, ayah, ibu dan saudara-saudara kita?  Hidup teratur, rezeki lancar, dan  jaminan hari tua yang pasti. Sibuk bekerja, tetapi punya banyak waktu  bersama keluarga di akhir pekan.
Kembali ke system penerimaan PNS. Walaupun masih banyak celah di sana-sini, sistem perekrutan PNS dari tahun ke tahun tampaknya semakin tertata. Pemerintah tentu tidak mau dicap lelet  dan setengah hati dalam melaksanakan program reformasi birokrasi. Oleh karenanya sistem perekrutannya pun  terus diperbaiki. Mulai model manual, kini pendaftaran PNS  pun telah memanfaatkan kecanggihan teknologi : sistem online.
Hampir semua kementrian, lembaga negara, dan pemerintah daerah mempublikasikan secara terbuka baik formasi maupun system penerimaan pegawainya. Walau banyak  juga yang menyangsikan akuntabilitasnya, peminatnya pun tetap melimpah ruah. Tahun ini saja , pemerintah membuka 100 ribu formasi, namun yang mendaftar sudah mencapai angka 2 juta.
Karena tidak berimbangnya pendaftar dan yang diterima , konon  'kursi' PNS banyak yang diperjualbelikan.  Angka  cukup fantastis antara 100 sampai 200 juta per kursi. "Apalagi untuk  kementrian yang  basah Mas, banyak yang mau tuh harga segitu" kata seorang rekan yang sudah beberapa kali pula mendaftar.
Namun sepatutnya kita musti percaya pemerintah akan terus melakukan perbaikan terhadap system perekrutan calon abdi negara ini. Sehingga  nantinya akan tercipta sebuah model perekrutan yang bersih dan berkeadilan untuk semua orang. Bukan hanya untuk mereka yang berduit.
Nah, bagi Anda   yang  tengah mendaftar dan berharap menjadi PNS tetaplah semangat dan berusaha. Tak usah berpikir akan terjadi kecurangan dalam rekruitmen nanti. Percayalah, menjadi PNS itu takdir  dan  tangan Tuhanlah yang akan menjadi eksekutornya. Bagi yang tidak diterima, jangan khawatir di luar sana rezeki dan uang  bertebaran di mana-mana, hanya kita harus tahu cara mendapatkannya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H