Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

No Ticket No Game

15 Februari 2014   04:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392389293267754331

[caption id="attachment_322627" align="alignnone" width="700" caption="Ratusan suporter antre tiket di depan loket Stadion Jatidiri menjelang laga Tinas U-19 vs PSIS Semarang (foto dindin)"][/caption]

Sepakbola  selalu saja menarik dikupas, dari sudut manapun. Mulai dari     sisi organisasi, pelatih, pemain, teknik dan strategi permainan, supporter, sampai keuntungan bisnis yang bisa didulang dari permainan sepakbola.

Pertandingan sepak bola selalu menjadi magnet bagi masyarakat dan bisa menjadi pendulang pundi-pundi uang bagi klub-klub. Lihat saja ribuan orang rela merogoh kocek untuk antre membeli tiket demi sebuah pertandingan klub kesayangannya. Seperti yang saya lakukan juga sore itu.

Klub kesayangan saya PSIS Semarang, akan menjajal kehebatan Timnas U-19 di Stadion Jatidiri Semarang. Sejak beberapa hari lalu   pertandingan ini   menjadi headline surat kabar  lokal. Saya yang biasanya tak tertarik menonton pertandingan langsung,  sore itu tiba-tiba saja   menuju Stadion Jatidiri. Saya     ingin  memotret Evan Dimas dkk di lapangan hijau, pasti menarik.

Jadwal kick off akan dimulai pkl 20.30. Saya   tidak membeli tiket sebelumnya karena berpikir bisa membelinya di loket stadion. Ternyata dugaan   meleset,   walau pkl 16.00 sudah sampai di stadion, antrean penonton yang  akan membeli tiket ternyata cukup banyak. Riuh, ramai sekali.

Sungguh saya menikmati ini. Melihat ratusan orang berdiri di ruang sempit, menunggu loket dibuka dengan penuh kemarahan. Pasti akan  terjadi  hal yang menggelikan. Benar saja. Kekecewaan yang memuncak, kegelisahan, dan  kekhawatiran tak memperoleh tiket menjadi energi massal yang massif. Sumpah serapahpun keluar dari para suporter.

Aku neng SK wae ora ngene antrine. (Saya ke lokalisasi saja tidak seperti ini antrinya)” ujar salah seorang penonton yang tentu saja disambut tawa yang lain. Ada yang juga berucap ”Mau dukung timnas kok susahnya minta ampun”. Dan masih banyak sumpah serapah lain yang kemudian terhenti saat loket dibuka. Takberapa lama buka, panitia pun kembali menutup loket. Tiket habis, begitu bunyi tulisan yang saya baca dari jauh.

Saya berinisiatif mencari   loket   lain di tribun timur, namun kondisinya tidak jauh berbeda. Malah lebih parah. Saat antrean sudah mengular, tiba-tiba ada pengumuman dari panitia kalau loket dipindah ke samping pintu masuk. Kontan saja ratusan orang berlarian menuju lokasi yang disebutkan. Keributan pun tak terhindarkan. Untung saja polisi sigap mengamankan situasi.

Sampai menjelang malam, tampak hilir mudik ratusan suporter yang bernasib seperti saya-tak memperoleh tiket. Sebagian dari mereka  hanya duduk-duduk disekitar stadion, sebagian lainnya bergerombol dan bernyanyi-nyanyi.

Saya bergegas pulang, mandi, dan duduk di depan televisi. Menunggu pertandingan itu disiarkan. Bisa jadi saya, dan ratusan supporter tadi memang kurang gaul dan terlalu konservatif. Harusnya mulai meninggalkan cara kuno membeli tiket on the spot. Mulailah  membeli dengan cara online atau  menjadi member klub. Sumpah serapah itupun tak perlu keluar karenanya. Betul tulisan di spanduk dan  menempel di kaos-kaos petugas loket tadi. NO TICKET NO GAME. Gagal deh memotret Evan Dimas dkk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun