[caption id="attachment_386720" align="alignnone" width="700" caption="Panta-pantai di Lombok Selatan kebanyakan masih bersih dan perawan (foto dindin)"][/caption]
Jika Bali disebut sebagai Pulau Dewata, bisa jadi Lombok adalah nirwananya. Lombok kini tumbuh menjadi destinasi wisata yang terus naik pamornya di mata wisatawan lokal maupun manca. Hampir seluruh Pulau Lombok dikaruniai alam yang mememsona. Saat Bali sibuk dengan sampah, hiruk pikuk, dan kemacetan lalu lintasnya, justru Lombok menawarkan keperawanan alam dan pesona pantai yang menawan. Dan saya baru saja menikmatinya dari sisi yang berbeda.
[caption id="attachment_386721" align="alignnone" width="700" caption="Siap menyeberang dari Padang Bai menuju Lembar (foto dindin)"]
Lima hari menikmati Bali, saya menuju Pulau Lombok. Menyeberang dari Pelabuhan Padang Bai tidak jauh dari Karangasem menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Barat. Penyeberangan ditempuh kurang lebih 4 jam. Kita bisa menyeberang kapan saja, karena kapal penyeberangan beroperasi 24 jam. Harga tiket penyeberangan per mobil 900.000 ribu (sudah termasuk penumpang).
[caption id="attachment_386722" align="alignnone" width="700" caption="Menikmati selat Lombok dari atas kapal (foto dindin)"]
Sampai di Pelabuhan Lembar kami menuju wilayah selatan Lombok melalui Gerung, Praya, dan bermalam di Pantai Kuta Lombok Tengah. Sayangnya tidak banyak petunjuk jalan menuju Kuta. Walau saya mengandalkan GPS, namun beberapa kali harus bertanya kepada penduduk untuk sampai pantai berpasir putih itu.
Kuta Mulai Menggeliat
Memasuki kawasan Pantai Kuta Lombok seolah memasuki Kawasan Kuta Bali dulu saat awal-awal mulai ramai dikunjungi wisatawan. Belum begitu ramai. Di sepanjang jalan tampak turis-turis manca berseliweran naik sepeda motor. Sebagian lainnya tampak duduk-duduk di kafe sederhana yang dibangun warga sekitar. Beberapa akses jalan ke pantai juga belum sepenuhnya mulus beraspal.
[caption id="attachment_386723" align="alignnone" width="700" caption="Baliho ajakan memuliakan wisatawan, belum efektif (foto dindin)"]
Di kiri kanan jalan tampak banyak home stay yang menawarkan harga yang relatif terjangkau, mulai 200 ribu sampai 300 ribu per malam. Jika Anda ingin fasilitas lebih bisa memilih bermalam di Novotel yang letaknya di ujung pantai dengan harga kamar mulai 2.4 juta sampai 4 jutaan per malam.
Saya memilih bermalam di Hotel Tatsura. Hotel ini memiliki area yang sangat luas. Antara bangunan kamar satu dengan lainnya dipisahkan oleh pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Viewnya juga bagus, karena berhadapan langsung dengan pantai. Dengan harga 750 ribu per kamar untuk tipe superior bisa jadi pilihan Anda bermalam di sini.
[caption id="attachment_386725" align="alignnone" width="700" caption="Kafe-kafe di bibir pantai, banyak dikunjungi bule (foto dindin)"]
Saat malam menjelang, di bibir pantai kafe-kafe dadakan mulai buka. Bangunannya sederhana, hanya terbuat dari gubug bambu yang diberi aksesoris lampu warna-warni, dan memutar musik barat keras-keras. Menurut Anjar, warga setempat yang saya temui, kafe-kafe di pinggir pantai itu mulai buka saat petang menjelang dan akan tutup pada jam 2 malam. Pengunjungnya rata-rata para bule. “Mereka menghabiskan malam dengan menari-nari, minum-minuman, dan pesta. Bisanya sampai pada mabuk. Tapi tidak mengganggu” kata Anjar. Bisa jadi itu yang menjadi daya tarik bagi para bule untuk datang ke Lombok.Jumlahnya dari tahun ke tahun semakin bertambah banyak. Bahkan menurut Anjar banyak juga bule yang kemudian menikah dengan warga sekitar dan menetap di Lombok.
[caption id="attachment_386732" align="alignnone" width="700" caption="Pantai Kuta pagi hari,banyak aktivitas menarik saat pantai surut (foto dindin)"]