Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memprihatinkan, 6 Siswa Hanyut Terbawa Air Saat Berselfi

4 Maret 2016   16:46 Diperbarui: 4 Maret 2016   19:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lokasi tempat mereka berselfi (foto dindin)"][/caption]Ini peringatan serius buat para orang tua untuk lebih ketat mengawasi pergaulan anak-anaknya. Enam sekawan dari dua sekolah yang berbeda hanyut terbawa arus sungai saat berselfi di hutan wisata Tinjomoyo, Kec. Gunungpati Kota Semarang. 

Mereka adalah MA, R, NWP, JBS, I, dan  Y.  Empat perempuan dan dua laki-laki.   MA, R, dan NWP selamat, sedangkan JBS, I, dan Y tewas terbawa arus. Saat saya ke lokasi kejadian,  baru jenazah Y yang berhasil ditemukan.

Ada fakta mengejutkan dari kejadian memilukan ini.

Disinyalir Selfi dalam Kondisi Mabuk

Mengejutakan memang, menurut keterangan salah seorang korban selamat, usai tryout sekira pkl. 11.30 mereka berenam jalan-jalan bersama. Awalnya bermain di daerah Tugu Muda, beberapa saat kemudian dengan naik sepeda motor mereka menuju hutan wisata Tinjomoyo di daerah Bendan Ngisor. 

Sampai di Jembatan Tinjomoyo, mereka duduk-duduk, menikmati pemandangan, dan menenggak  minuman keras. Sekira pkl. 13.45 keenamnya turun ke sungai untuk berselfi. Asyik  berselfi mereka tidak menyadari air bah datang. Keenamnya pun tersapu arus. Sungai di bawah Jembatan Tinjomoyo adalah sungai besar. Sungai-sungai kecil di wilayah Ungaran dan Semarang atas bermuara di sini. Jadi sering terjadi banjir kiriman dari wilayah atas, walau tidak hujan sekalipun di sekitarnya. Bisa jadi keasyikan berselfi tidak menyadari datangnya air bah. Akibat  kejadian ini tiga dari siswa sekolah menengah ini selamat, tiga lainnya hilang.

Siswa Madrasah

Enam anak usia 14-16 tahun tersebut  adalah siswa dua madrasah tsanawiah yang berbeda.  Salah satunya cukup dikenal di Semarang karena sangat ketat dalam pola pendidikan bagi murid-muridnya. Porsi pembelajaran agamanya berbeda dengan madrasah pada umumnya; lebih banyak. Sejauh yang saya tahu  guru-gurunya pun sangat baik dan berdidikasi dalam mendidik anak.  Saya kenal baik dengan kepala sekolah  dan beberapa guru di madrasah ini. Sungguh di luar dugaan, empat dari eman anak yang mengalami  musibah ini berasal dari madrasah tersebut.

Sekali lagi ini mengingatkan orang tua, guru, dan masyarakat bahwa pendidikan di sekolah bukan satu-satunya variabel pembentuk akhlak dan perilaku anak.  Peran orang tua dan masyarakat juga berperan sangat besar dalam pendidikan anak.

Memantau pergaulan anak secara intens sangat penting. Sebagai orang tua tentu  kita berhak mengetahui kalau perlu membatasi pergaulan anak. Dalam masa perkembangan menuju dewasa, pengawasan sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Mudah-mudahan kita bukan termasuk orang-orang yang merugi. (din)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun