Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) libur terkategori kata kerja (verb). Artinya bebas dari bekerja atau masuk sekolah. Berlibur berarti pergi (bersenang-senang, bersantai-santai, dan sebagainya) menghabiskan waktu libur; bervakansi.
Libur adalah kata terindah bagi para pekerja, pegawai, karyawan, dan sebangsanya. Karena dengan libur, berarti mereka bisa jeda dari rutinitas kerja yang melelahkan. Pergi bertamasya bersama keluarga, Â mengunjungi handai taulan, Â atau sekadar istirahat di rumah.Â
Bagi pemilik usaha, bos, majikan, dan sebangsanya libur bisa jadi menjadi kata paling menyakitkan di muka bumi ini. Hehe, setidaknya itu kata Tuan Crab dalam serial animasi kartun Spongebob Squarepant. Libur berarti kehilangan produktivitas, kehilangan kesempatan mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.
Bagi yang beruntung bekerja di instansi pemerintah dan sejenisnya, libur menjadi hak mutlak yang dapat dinikmati. Pemerintah melalui Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah mengatur  hari  libur dan cuti bersama dalam sebuah surat edaran. Di samping libur umum dan cuti bersama, masih ditambah lagi dengan cuti tahunan, cuti di luar tanggungan, dan cuti-cuti yang lain. Â
Dan bisanya  tak satupun kementerian atau lembaga pemerintah yang berani melanggar isi surat edaran  libur tersebut. Malah  seringnya  menambah hari libur dengan alasan hari kejepit nasional. Dipas-paske.Hehehe.
Bagi pegawai swasta (hampir semua pekerja di sektor swasta) pasti mengamini bahwa kebijakan libur  takkan pernah mengacu kepada peraturan pemerintah atau surat edararan menteri. Libur biasanya berdasarkan aturan perusahaan atau aturan pemilik usaha.
Jangankan mengikuti aturan libur cuti bersama. Tanggal merah, hari Sabtu atau Minggu  banyak di antara para pekerja sektor swasta yang masuk dan mengabaikan hak libur karena mengejar target pendapatan akhir tahun, lembur, dan alasan lainnya.
Kadang  terasa tidak adil. Sering kita melihat sekeliling, tetangga, teman, atau kerabat yang bekerja biasa saja, banyak libur, banyak punya waktu di rumah, tetapi uannya banyak,  gaji dan tunjangannya besar,  selah  rejeki mengalir tiada henti. Harta melimpah ruah.Â
Tetapi  kita sering  juga melihat di sekitar, banyak tetangga, teman, sahabat, kerabat, atau malah diri kita  sendiri bekerja siang malam, banting tulang, pergi pagi pulang pagi, mengabaikan libur, tetapi rezeki yang didapat tidak begitu banyak. Bahkan sering kekurangan. Hiduo pas-pasan.
Tapi itulah hidup, di manapun kita jatuh dan berada mestinya  tak boleh lantas terus mengeluh, membandingkan kehidupan yang kita miliki dengan kehidupan orang lain. Nikmati saja, karena dengan menikmati kehidupan  yang kita miliki, berarti menjauhkan kita dari sifat iri, dengki, dan kufur akan banyak nikmat Tuhan.
Selamat berlibur bagi Anda yang merayakan, bagi yang harus berada di tempat kerja  karena tuntutan  tugas, nikmati saja. Jangan berpikir yang lain. Â