[caption id="attachment_393110" align="aligncenter" width="600" caption="Massa pendukung KPK (anekainfounik.net)"][/caption]
Dalam kasus KPK-Polri, jangan sekali-kali menyalahkan Jokowi, karena dia adalah pilihan rakyat jelata selama ini yang terbaik sebagai Presiden RI. Saya kira para demagog, pengamat, demonstran bayaran dan lain-lain yang menebar kebencian, permusuhan, selalu menyalahkan tanpa punya jalan keluar yang sejatinya hanya anti kemapanan, harus dijebloskan ke penjara
Pernyataan khas intelejen yang dikutip banyak media itu dilontarkarkan oleh mantan Ketua Badan Intelejen Negara AM Hendropriyono menanggapi kejengahan masyarakat atas sikap Jokowi atas kasus Polri Vs KPK. Semua mahfum Hendropriyono adalah penyokong utama Jokowi sebelum dan sesudah menjadi presiden. Pensiunan jenderal ini dikenal dekat dengan Megawati dan partai berlambang banteng moncong putih itu.
Yang menarik beberapa kali Hendro menyebut kata demagog, sebuah kata yang jarang dipakai orang awan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, de.ma.gog merupakan kata benda bidang politik yang berarti penggerak (pemimpin) rakyat yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk memperoleh kekuasaan.
Sikap Hendro soal demagog ini sejalan dengan pernyataan Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno yang menyebut para pendukung komisi antirasuah itu rakyat yang tidak jelas.
“Jangan membakar massa, mengajak rakyat, membakar rakyat. Ayo kita ini, tidak boleh seperti itu, itu suatu sikap pernyataan yang kekanak-kanakan. Berdiri sendiri, kuat dia. Konstitusi yang akan dukung, bukan dukungan rakyat yang nggak jelas itu,” ungkap Tedjo seperti dikutip beberapa media.
Jika dianalisis berdasar semiotik, pernyataan sikap kedua orang dekat Jokowi ini bertujuan sama, yakni membuat opini negatif tentang KPK dan pendukungnya. Tedjo menyebut pimpinan KPK telah membakar massa, sedangkan Hendro menyebut orang-orang yang tidak suka dengan Jokowi ini sebagai pemimpin yang suka menghasut.
Pernyataan Tedjo dan Hendro ini disesalkan banyak pihak. Bisa jadi niat keduanya adalah melindungi Jokowi dari ‘amukan publik’, namun justru malah sebaliknya semakin memojokkan posisi Jokowi yang memang sekarang sedang terpojok.
Mestinya orang-orang Jokowi takperlu membabi buta membelanya tuannya. Sepertinya Hendro dan Tedjo harus banyak belajar dari Widodo AS, Yunus Yosfiah, atau Djoko Suyanto, yang selalu tampak tenang, jernih, dan cakap menghadapi beragam situasi genting yang sedang menimpa negara. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan tidak sepantasnya mengeluarkan statement yang justru malah membuat ketidakstabilan politik dan keamanan di negeri ini.
Lantas benarkah pandangan Hendro dan Tedjo soal demagog? Publik sudah tahu jawabannya. (din).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H