Beijing menyambut ramah kedatangan saya. Cuaca cerah, mentari pagi bersinar terang. Walau suhu udara lumayan dingin, tetapi tubuh saya masih bisa menahannya. Bulan Oktober tahun ini Tiongkok Utara mulai memasuki musim dingin. Jauh-jauh hari pihak travel agen juga mengingatkan agar kami mengantisipasinya.
Bandara Udara Beijing yang superluas pagi itu masih tampak sepi. Hanya beberapa petugas yang saya lihat berkeliling. Beda sekali dengan suasana di Jakarta atau bandara-bandara di Indonesia pada umumnya yang selalu ramai.
Melewati pintu imigrasi yang cukup angker, saya menuju pengambilan bagasi, melewati beberapa pos pemeriksaan, dan akhirnya bertemu A-Chin tour guide local sudah menunggu bersama busnya.
A-Chin mengajak saya dan rombongan berkeliling Beijing. Sepanjang perjalanan, saya melihat wajah Beijing. Jalanan lebar dengan lebih dari empat ruas setiap jalurnya. Lebar jalan tampaknya berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah kendaraan.
“Luas Beijing dua puluh tiga kali lipat dari Jakarta, tetapi penduduknya hanya 23 juta jiwa”jelas Achin. Pantes saja ndak ada macet seperti Jakarta.
Jalanan tampak bersih, tak ada papan reklame, dan tak ada pedagang kaki lima yang mendirikan tenda-tenda. Semua bersih dan tertata rapi. Yang ada hanya gedung-gedung apartemen yang berderet-deret seolah tiada habis.
Beijing kota tua yang memiliki banyak bagunan gigantik kuno yang menakjubkan. Hebatnya sampai kini masih terawat dengan baik. Forbiden City, Temple of Heaven, Great Wall, Summer Palace adalah beberapa tempat yang kini banyak dikunjungi wisatawan.
Sekira 45 menit naik bus, saya sampai di Tian An Men Square. Lapangan yang memiliki luas 440.000 m2 bisa jadi lapangan terluas di dunia. Lapangan ini persis berada di jantung Kota Beijing, berseberangan dengan Imperial Palace atau Forbidden City. Di lapangan inilah pada 1 Oktober 1949 Mao Zedong Sang Pemimpin Revolusi Tiongkok memproklamirkan kemerdekaan Republik Rakyat Tiongkok.
Walau sangat luas, lapangan ini terlihat bersih. Ada taman luas nan cantik penuh bunga warna-warni. Pengunjung yang masuk semua diperiksa termasuk barang bawaanya. Dan kata A-Chin untuk menjaga pamor Tian An Men bus atau kenderaan yang melintas jalan di sekitar lapangan harus bersih dari tulisan iklan atau sponsor produk apapun.
Melihat sejarah, Tian An Men pernah menjadi saksi peristiwa bersejarah bangsa Tiongkok modern yang terkenal dengan peristiwa 64 karena terjadi 4 Juni 1989. Pada saat itu mahasiswa melakukan aksi protes memperjuangkan kebebasan dan demokrasi.