Matahari tepat berada di ubun-ubun saat saya bersama rombongan Yayasan Pendidikan Islam Nasima tiba di Pondok Pesantren Al Khidmah 2 Sirampog Brebes. Saya bersama rombongan memang sengaja sowan karena sebuah urusan. Sepanjang jalan pondok menuju ndalem Kyai, kami disambut oleh senyum santun para santri yang sengaja berhenti menundukkan kepala mempersilakan kami lewat terlebih dahulu. Sebuah perilaku adhi luhung yang kini jarang bisa ditemui.
Bukan sekali ini saja kami berkunjung, sudah tidak terhitung kali keberapa. Minimal setahun sekali sebelum Ramadan pengurus yayasan, manajer, kepala sekolah, dan perwakilan guru Nasima pasti kula nuwun ke Ponpes yang kini memiliki lebih dari tujuh ribu santri ini.
Sejak 2010 YPI Nasima telah menjalin kerja sama dengan Ponpes Al Hikmah 2. Bentuk kerja sama tersebut berupa pengiriman siswa kelas VIII SMP dan kelas XI SMA Nasima untuk mondok di pesantren ini. Tidak hanya dua tiga hari, selama sepuluh hari anak-anak kota dari SMP-SMA Nasima harus nyantri, berbaur belajar bersama santri-santri Ponpes Al Hikmah. Semuanya dalam rangka mempersiapkan generasi bangsa agar memiliki sikap nasionalis juga agamais, insan Indonesia yang berilmu dan berakhlak al karimah.
Saat beribadah haji di Madinah 2011 silam, KH. Masruri Abdul Mughni wafat. Semenjak itu atas kesepakan keluarga dan majelis pondok Gus Sholah dipercaya menggantikan ayahnya mengasuh pondok. Gus Sholah adalah putra sulung Kiai Masruri Mugni. Saat wafat Kiai Masruri meninggalkan seorang istri dan 18 anak.
“Bukan hal mudah melaksanakan wasiat abah menjaga dan meneruskan mengelola pondok ini. Alhamdulilah sampai saai ini kami terus berusaha untuk tetap istiqomah menjaga serta meneruskan perjuangan abah. Pesan abah yang selalu kami ingat adalah. Baiti baitukum. Rumahku, rumahmu juga. Ini falsafah yang sangat luhur. Kami ingin agar Al Hikmah menjadi rumah siapa saja terutama bagi mereka yang yang ingin menuntut ilmu” tutur Gus Sholah.
Seperti kebiasaan Al Mahfurlah KH Masruri kepada kami, Gus Sholah lantas mengajak mengelilingi area pondok. Beliau memperlihatkan kepada kami bangunan-bangunan baru yang telah berdiri megah. Di antaranya gedung SMK Wicaksana Al Hikmah dan gedung baru asrama santri yang masih dalam proses pembangunan.
Hampir satu tahun kami tidak berkunjung. Sungguh banyak yang berubah dan membuat kami kagum. Pembangunan fisik seolah takhenti dilakukan. Terus dan terus bertambah. Bahkan menurut Gus Sholah, pihaknya telah membeli tanah lagi seluas 2 hektar untuk perluasan pondok.
Selepas berkeliling pondok kami diajak mampir ke sebuah rumah di area pondok. Letaknya agak tinggi. Dari teras rumah ini kami bisa melihat ke seluruh penjuru pondok yang sangat luas itu.
Pondok Al Hikmah 2 berdiri di area tanah sekitar 7 hektar. Sepanjang jalan mengelilingi pondok kami melihat rumah-rumah besar berdiri apik di sisi jalan. Bentuk arsiteknya hampir sama, luasannya juga hampir sama. Menurut keterangan Gus Sholah itu adalah rumah-rumah yang ia buat untuk adik-adiknya. .
Matahari semakin condong ke barat dan udara semakin dingin. Setelah menghabiskan secangkir teh nina dan beberapa potong tahu sumedang yang disuguhkan kami berpamitan. Sungguh nikmat hari ini. Bukan saja karena suguhan teh rasa mint dan penganannya, tetapi karena kehangatan Gus Sholah menerima dan melayani kami bersama. Sama seperti almaghfurlah KH. Masruri Mughni yang selalu memuliakan tamu-tamunya. (Musluhudin el Hasanudin).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H