[caption id="attachment_318317" align="alignnone" width="700" caption="Kiai Sahal saat menerima tamu di kediamannya. Tetamu setiap hari datang dari segala profesi, mulai pejabat, birokrat, pengusahaa, sampai rakyat biasa, pun selalu diterima dengan baik (foto dindin)"][/caption] Jumat (24/1) pukul jam 03.00 saya terbagun. Ponsel berkali-kali bergetar, pertanda banyak pesan masuk. Benar saja, di grup bbm kabar wafatnya Mbah Sahal sudah menjadi treding topic. Innalilahi wainna ilaihi rojiun. Ya Allah, umat Islam baru kehilangan ulama besar.
Kiai Sahal adalah ulama paling dihormati di kalangan nahdiyin. Sampai akhir hayatnya ia masih menjabat sebagai Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Ketua Majelis Ulama Indonesia, dan di tempat saya bekerja Sekolah Nasima, ia duduk sebagai anggota Pembina.
Saya bukan santri Kiai Sahal, namun sebagai warga naddliyin dengan kesadaran sepenuh-penuhnya saya harus hormat dan taklit padanya. Beberapa kali saya diberi kesempatan untuk bertemu, baik sowan bersama pimpinan atau di forum-forum khsusus warga nahdliyin.
[caption id="attachment_318262" align="alignnone" width="560" caption="Kondisi wilayah Kayen dan Gabus saat banjir (foto dindin)"]
Sejurus setelah kabar duka itu menyebar, kami sibuk bertukar informasi dan mengatur rencana untuk takziyah ke kediaman Kiai Sahal di Ponpes Maslakhul Huda Kajen Margoyoso Pati. Semua kawan, sahabat, mulai dari pengurus cabang NU, kawan-kawan Ma’arif daerah, GP Ansor, Banser, dan rekan-rekan di wilayah Pati dan sekitarnya memberi kabar bahwa Kota Pati masih di kepung banjir. Semua arah dan jalan menuju Kota Pati digenangi air antara 1 sampai 1,5 meter. Akses yang paling memungkinkan dilalui hanya jalur Purwodadi-Pati via Kayen.
Pukul 06.30 saya bersama Ketua LP Ma’arif Jateng dan Pengurus YPI Nasima, berangkat dari Semarang menggunakan dua armada. Satu SUV bersasis tinggi, satu lagi SUV dengan spesifikasi standar. Saya kebetulan masuk ke kendaraan pertama. Ada juga rombongan lain dari PWNU Jateng yang berangkat selepas subuh, dan kabarnya belum juga sampai di lokasi.
[caption id="attachment_318263" align="alignnone" width="640" caption="Hampir di seluruh ruasa jalan tergenang banjir (foto dindin)"]
Jalur Purwodadi yang kami lewati relatif lancar walau jalan rusak di beberapa ruas. Sepanjang perjalanan kami mendapat informasi kalau jalur Kayen sudah bisa dilalui.Hmm Legalah hati ini, berarti genangan air mulai surut.
Memasuki Kec. Sukolilo Pati kondisi jalan lancar tak ada hambatan. Saat memasuki wilayah Kayen tepatnya km 7 jalan Kayen Pati, mulai terlihat antrean mobil, kerumunan orang, dan genangan air. Beberapa mobil tampak mogok atau memilih berhenti karena air tertalu tinggi untuk dilewati.
[caption id="attachment_318264" align="alignnone" width="640" caption="Penduduk mendirikan tenda sebagai kandang ternak di sepanjang jalan (foto dindin)"]
Kami pun mencari informasi ke segala sudut. Hampir semua orang menyarankan agar putar arah dan kembali ke Semarang. Kami mulai berhitung, tampaknya air hanya sebatas lulut. Tidak masalah untuk kendaraan bersasis tinggi seperti yang kami naiki. Dan sesuai perkiraan kami melewati genangan air dengan mulus, mesin tetap hidup tak ada masalah. Rombongan kami melewati banjir dengan aman.
Namun justru itulah awal mula perjuangan melewati banjir. Selepas genangan pertama, genangan air dengan debit lebih tinggi sudah menghadang. Kondisinya lebih parah. Sepanjang jalan, tampak penduduk membuat tenda-tenda terbuat dari terpal. Bukan untuk tempat pengungsian, ternyata untuk kandang ternak darurat. Sapi, kambing, kerbau diikat di tiang tenda berjajar sepanjang jalan. Ya, bagi para petani, adakah barang lebih berharga selain hewan ternak?
[caption id="attachment_318265" align="alignnone" width="640" caption="Jika tidak hati-hati, bisa berakibat seperti ini (foto dindin)"]
Sejauh mata memandang hanya air dan air. Kami benar-benar harus berhitung. Informasi yang kami dengar jalur jalan di depan yang terkena banjir hampir 2 km. Saya lihat memang ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Kami pun berembung. Jalan terus! Ketua rombongan memutuskan demikian. Kecintaan pada Kiai Sahal lebih dari apapun membuat energi kami berlipat.
Walau dihantui kekhawatiran macet di tengah jalan, akhirnya genangan kedua bisa dilewati. Sayang, rombongan kedua tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Mobil yang mereka tumpangi terlalu rendah dan memutuskan untuk berbalik arah pulang ke Semarang.
[caption id="attachment_318266" align="alignnone" width="640" caption="Ada juga yang nekad menerjang banjir (foto dindin)"]
Banjir demi banjir kami lewati. Setelah salat Jumat di masjid Kota Pati, kami meneruskan perjalanan ke Kajen Margoyoso. Jalanan lancar karena tak ada banjir. Pukul 13.00 kami sudah sampai di lokasi. Jenazah Kiai Sahal sudah dikebumikan saat kami tiba.
[caption id="attachment_318267" align="alignnone" width="640" caption="Salat jenazah di pusara makam Mbah Sahal (foto dindin)"]
Kiai Sahal dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di samping makam Syeikh Ahmad Mutamakkin , ulama besar penyebar islam di wilayah Pati dan sekitarnya, seorang neosufis yang hidup pada tahun 1645 - 1740.
Pelayat sudah mulai meninggalkan makam . Namun masih banyak juga yang datang. Kami pun melakukan salat jenazah di depan makam Kiai Sahal, membaca tahlil, dan berdoa untuknya. Sejurus kemudian kami bergegas menuju rumah duka yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari makam.
[caption id="attachment_318268" align="alignnone" width="640" caption="Diterima sohibul musibah : Gus Rozin (paling kanan)"]
Di rumah duka kami disambut oleh Gus Rozin putra Kiai Sahal. Menurut Gus Rozin, Kiai Sahal Senin (20/1) meminta pulang dari rumah sakit. “Abah ngersake kondur, ingin istirahat di rumah. Kami pun menuruti keinginan beliau dan membawanya pulang dari RSUP Karyadi ke Pati. Alhamdulillah kok kita pulang Senin, coba kalau pulang hari Selasa, tentu lain ceritanya. Mungkin ini penghormatan alam untuk Abah” tutur Gus Rozin.
Benar apa kata Gus Rozin. Banjir yang menerjang Kudus, Jepara, dan Pati terjadi mulai Selasa (21/1). Akibat peristiwa itu Kota Pati dikepung banjir dari segala arah. Semua akses jalan ke arah Pati nyaris tak bisa dilalui karena tingginya debit air. Hanya kendaraan-kendaraan besar saja yang berani melintas.
[caption id="attachment_318269" align="alignnone" width="640" caption="Bersih-bersih sesuai menerjang banjir (foto dindin)"]
Dalam berbagai diskusi, Kiai Sahal terkenal dengan diplomasi yang tiada bisa ditawar. Pernah suatu ketika ada keinginan sekelompok Kyai yang mengusulkan membentuk partai politik (parpol) dengan dalih kesatuan NU. Dengan. Tegas ia menolak Menurut Mbah Sahal NU sudah memiliki pengalaman. Membentuk satu parpol saja kacau dan pecah jadi dua. Kalau mbentuk lagi ya jadi sempal-sempal.
Kiai Sahal telah memimpin NU selama tiga periode berturut-turut. Selama itu pula, oknum elite NU banyak bermain politik praktis. Namun Kia Sahal tetap dengan "qararnya" bahwa NU tidak mengurusi politik praktis. Terkait fiqih sosial, beliau menerapkan teorisasi yang diajarkan dengan perilaku teduh, santun, dan mengayomi. NU seperti itulah yang menurut Kiai Sahal Rahmatan lil A'lamin.
[caption id="attachment_318271" align="alignnone" width="560" caption="Sampai kami pulang, banjirpun belum juga surut (foto dindin)"]
Setelah mengucapkan bela sungkawa dan berbincang-bincang kami pun pamit. Meninggalkan dalem Mbah Sahal dan kembali menyusuri banjir sepanjang jalur Pati-Purwodadi. Selamat jalan Kiai. Allahumma uktubhu 'indaka fil muhsinin waj'al kitabahu fi 'illiyyin wakhlufhu fi ahlihi fil ghabirin wala tahrimna ajrahu wala taftinna ba'dahu.
Pada saat yang sama ketika menyusuri dalamnya air di sepanjang jalan, kami mendapat kabar para pengurus PBNU KH. Hasyim Muzadi (Rais), H. As'ad Said Ali (Wakil Ketua Umum), dan KH Malik Madani (Katib Am), dan teman-teman lain tengah berjuang melewati banjir di sekitar Winong Pati. Sampai malam larut dan tiba di Semarang banjir belum juga surut. (Muslihudin el Hasanudin).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H