Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Melatih Anak Jadi Kompasianer

23 Desember 2014   06:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:39 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_385113" align="aligncenter" width="560" caption="Anak-anak antri menulis (foto dindin)"][/caption]

Sudah empat hari  saya mendampingi pimpinan  saya,  Pak Yusuf  berada di Bali.   Setiap liburan tiba, beliau selalu mengajak serta keluarganya menjelajah Indonesia. Jika Juni lalu melakukan perjalanan ke Sabang dan hampir seluruh wilayah Sumatera, akhir Desember ini kami  menjelejah Bali dan Lombok. Menarik, karena ini perjalanan yang penuh edukasi dan sarat pengalaman empiris  tentang keunikan budaya dan keragaman Indonesia.

Kami menginap di Hotel Grand Whiz kawasan Bali Trade Development Center (BTDC) Nusa Dua Bali. Hari pertama kami mengunjungi pusat kerajinan perak di Batu Bulan, Monkey Forest dan Museum Antonio Blanco di Ubud, dan menghabiskan petang dengan menonton indahnya tari kecak di Batu Bulan.

Hari kedua menikmati segarnya olah raga air di Tanjung Benoa. Mulai paraseling, jetski, sea walker, dan mengunjungi pulau penyu tak jauh dari pantai. Sorenya bermain kano di Pantai Pandawa dan city tour ke Kuta dan Ground Zero peristiwa bom Bali 1.

Hari ketiga kami mengunjungi Bali Safari sekaligus menonton teater di Bali Agung. Sorenya dilanjut ke Garuda Wisnu Kencana dan diakhiri makan malam di Pantai Jimbaran.

Hari keempat kami cekout dari hotel dan melanjutkan perjalanan ke Tegalalang, Danau Batur, Pura Besakih, dan bermalam di resort nan eksotik Darmala di kawasan Sidemen, Karangasem.

Setiap pulang ke hotel, saya tidak langsung tidur. Itu kebiasaan sejak kuliah. Tak bisa tidur di bawah jam 12. Putra-putri Pak Yusuf , Gus Nasima (Kelas I SMP), Azza Nasima (Kelas V SD) Icha, Fanaman Nasima (Kelas III SD), dan Putri Mahispati Nasima (TKB)  sering bertanya apa tentang kebiasaan saya itu. “Saya harus memindah foto  agar kartu memorinya tidak penuh. Setelah itu menulis untuk kompasiana. Agar tidak lupa apa yang tadi dilihat” jawab saya kepada mereka.

“Apa mudah menulis Pak?” Icha bertanya dengan serius.

“Mudah saja. Kalian harus membiasakan menulis. Caranya gampang. Ingat  kembali apa yang kamu lihat. Cari yang paling menarik, lalu tulis” jawab saya.

“Ajari dong Pak” pinta Ifan.

“Baik sekarang masing-masing dari kalian menulis satu paragraf apa yang empat hari kalian lihat di Bali. Bergantian. Nanti Pak Didin akan menilai” perintah saya.

Keempat anak itu kemudian secara bergantian menuliskan ceritanya di laptop saya. Menarik sekali prosesnya. Ada yang secara serius mengerjakan, ada juga yang malu-malu. Saya biarkan saja. Yang penting mereka mau menulis. Khusus untuk Mahis, karena ia masih TK saya memintanya untuk bercerita kemudian saya ketik. Berikut tulisan mereka. Saya hanya mengedit pemakaian huruf kapital dan tanda bacanya saja.

[caption id="attachment_385117" align="aligncenter" width="560" caption="Pak Yusuf pimpinan saya (paling kiri), Gus, Ifan, Icha, Mahis, dan Ibu Yusuf di depan Hotel Grand Whiz Nusa Dua (foto dindin)"]

14192664051608650685
14192664051608650685
[/caption]

Pada suatu hari  di Hotel Whiz  Bali aku  menemukan bule. Bulenya sangat banyak dan ada yang cowok dan cewek. Mereka merokok. Pak Didin sangat suka bule yang bertipe cantik dan kulitnya  putih. Bulenya ada yang berenang malem, tapi nenek-nenek. Terus paginya aku makan sosis potato, and omelet. Makanannya sangat enak,praktis,dan harganya terjangkau. (Kak Gus)

[caption id="attachment_385118" align="aligncenter" width="560" caption="Pengalaman paling mengesankan Icha, rambutnya diacak-acak monyet di Monkey Flores Ubud (foto dindin)"]

1419266507823774835
1419266507823774835
[/caption]

Saat di Monkey Forest, kita membeli pisang untuk memancing monyet ke atas tubuh kita. Monyet monyet itu masih liar. Pertama Kak Gus yang memancing monyetnya.  Muka Kak Gus agak takut dan badannya kaku begitu juga dengan Dek Ifan. Saat giliranku rambutku diacak acak. Dan Dek Mahis tidak berani. Mukanya menunduk ke bawah, tapi Dek Mahis dengan Bapak. Gliran terakhir Pak Didin, monyet yang naik juga gendut, besar, suka makan banyak. Persis banget sama orangnya. Hehehe. (Icha)

Waktu  pergi ke Bali Safari. Kami melihat banyak hewan. Mereka datang dari negara Africa, India dan Indonesia. Saat itu kami melihat teman Pak Didin. Namanya Hippotamus, hippobulat, hippo , orangutan, gajah bunder, dan gajahippotamus. IKU APIK TENAN. (Ifan)

Saat di teater aku melihat gajah lewat di depan kursi. Pas itu melihat hewan burung, macan tutul, ular, dan gajah.  Rajanya dua. Yang menari banyak sekali. Aku seneng banget melihat. Sampai aku tidur. (Mahis).

[caption id="attachment_385123" align="aligncenter" width="560" caption="Di Puri Besakih (foto dindin)"]

1419266791515438573
1419266791515438573
[/caption]

Menulis adalah aktivitas yang melibatkan jutaan  sel-sel di dalam otak.  Menulis membutuhkan kemampuan mengingat,  merangkum, buat dan menentukan pilihan kata serta membuatnya menjadi wacana yang bisa dibaca dan memiliki makna. Makanya takbanyak orang bisa memiliki kemampuan ini. Tapi lihatlah dengan dipaksa, anak-anak itu bisa melakukannya. Walau terlihat kaku dan lucu tapi  mereka telah berhasil melakukannya. Maka berbahagialah Anda  para kompasianer. Anda dikaruniai keistimewaan yang menurut saya luar biasa: lihai menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun