Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pengalaman Naik Air Asia

30 Desember 2014   13:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:11 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14198950491898334033

[caption id="attachment_387088" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu pesawat Air Asia terparkir di Bandara Kuala Lumpur Malaysia (foto dindin)"][/caption]

Saya hanya sekali naik Air Asia, yakni saat penerbangan menuju Kuala Lumpur Malaysia untuk tugas kantor. Tak ada yang istimewa dari maskapai ini, kecuali soal harga tiketnya saja yang terkenal murah. Pelayanan lainnya sama seperti kebanyakan maskapai lain.

Ngomong-ngomong soal tiket murah Air Asia, menurut saya tidak sepenuhnya benar. Kalau untuk harga tiket, ya memang murah. Tetapi  harga itu hanya untuk tiket. Air Asia menetapkan kebijakan berbeda dari maskapai lainnya, terutama maskapai domestik.

Jika di maskapai domestik menetapkan harga tiket sudah termasuk fasilitas bagasi maksimal 20 kg, di  Air Asia harga tiket hanya untuk penumpang dan barang bawaan yang dibawa ke atas kabin. Penumpang yang membawa bagasi akan dikenakan biaya tersendiri yang nilainya cukup tinggi. Seingat saya Rp 160.000/bagasi (dari Indonesia), dan Rp 360.000 (dari luar negeri).

Tiket keberangkatan Air Asia biasanya memang dijual lebih murah, namun tiket kepulangan dijual jauh lebih mahal. Sebagai contoh ketika saya membeli tiket ke Kuala Lumpur, tiket keberangkatan dijual dengan  harga Rp 720.000,-  (sudah termasuk bagasi) sedangkan tiket kepulangan dijual dengan harga Rp 1.600.000,- (sudah termasuk bagasi).

Air Asia adalah maskapai yang mengusung konsep LCC atau Low Cost Carrier. Manajemen maskapai yang memiliki tagline Now Everyone Can Fly ini menerapkan kebijaksaaan menekan biaya operasional untuk   menurunkan harga tiket. Efisiensi tersebut dapat dilihat dari terbatasnya kabin kru yang ikut dalam pesawat serta tidak adanya fasilitas snack atau minum dalam pesawat. Untuk pesawat jenis Airbus, biasanya hanya diawaki oleh  2 pilot  dan 3 orang pramugari.

Air Asia juga memiliki catatan kedisiplinan waktu dalam penerbangan dan pendaratan pesawat. Proses take off dan landing-nya juga terbilang sangat mulus. Pilotnya kebanyakan sangat terlatih menghadapi berbagai medan yang sulit.

Hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura membuat banyak pihak prihatin dan kaget. Tony Hernandes sang Bos Air Asia menepis anggapan bahwa kecelakaan ini karena faktor pesawat. “Kami tak tahu apa yang salah dengan pesawat itu. Ini pertama kali di Air Asia kami mengalami kecelakaan," ungkap Tony saat jumpa pers di Crisis Center Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (28/12/2014) malam.

Manusia boleh berencana, namun rencana Tuhanlah yang akan berjalan. Kecanggihan teknologi, kepatuhan sumber daya manusia pada sistem yang tertata rapi bukan jaminan memastikan rencana kita berjalan mulus. Semua akan kembali kepada kehendak-Nya.

Ngijo, 30 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun