Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi Arin] Luka Itu Bernama Zain

15 November 2024   17:51 Diperbarui: 15 November 2024   18:09 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar pagi, sekali waktu, pernah menyakitkan - ilustrasi kelukaan - dokpri

Kukira takkan kukenal luka. Bernama Zain. Pedih ia. Perih. Di balik pendar cahaya, gelap pekat kental masih mengurai..

Pada fajar pagi yang dirayakan burung, gemerlap embun di ujung rumput, terseok ia. Malam terlalu cepat usai. Malam selalu baik sembunyikan luka. Luka bernama Zain.

Kukira, telah sembuh ia. Ujung bibirnya sering lebar menguntai senyum. Geligi putihnya sekali waktu tampak, penuh-penuh. Mudahnya manusia ditipu. Senyum dan tawa, kata mereka, adalah bahagia.

Senyum dan tawa yang sama, pernah kusungging tulus. Aku, si luka, tentu punya hak untuk juga bahagia. Nyatanya, perlahan, manusia-manusia yang sama, tak berikan tempat untuk bahagia.

Lukaku mereka sebut cacat. Lukaku mereka namai tak normal. Mengapa bukan mereka, si cacat dan si tak normal?Aku hanya sempat terluka. Tak lantas aku bukan manusia.

Lukaku mulai menjadi-ku. Zain. Selalu malam, memelukku, dalam langkah perlahan. Kami bercanda tentang apa saja. Gelapnya tersenyum dan tertawa. Manusia-manusia cacat dan tak normal itu, sedang istirahatkan kecacatan dan ketak-normalan mereka. Lihat aku, luka, Zain, sedang bercinta dengan gelap.

Lalu satu pagi, yang semula menyakiti, berbinar selaras terangnya. Masih ada manusia-manusia, tak banyak, melihatku bersama luka-luka mereka sendiri. Habib, Agung, Rizki, Fitri, Ria. Habib temani senyum dan tawaku bersama gelap. Sisanya, kami bergelak, bertukar binar cemerlang mata.

Lukaku, Zain, bercermin. Gelap pekat di balik binar mata, menguap di kepul secangkir kopi hitam. Lukaku hendak mengering. Tinggalah ia, Zain saja.

Hai Arin..Kita bertemu dalam luka. Lihatlah. Pertemuan cinta kita, semoga tak panjangkan para luka. Seperti Zain, semoga hanya tertinggal, anak perempuan dan anak lelaki. Kita. Saja.

*Selong, November 15, 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun