Eits, Â bukan kanker yang itu ya. Maksud saya, Â kanker yang Kantong Kering. Â Alias kondisi dimana semua kantong keuangan kita mengering mendadak. Â Jadilah makin nyesek, Â karena terjadi di bulan yang seharusnya kita lebih menahan diri, yaitu bulan Ramadan.
Dampak buruknya bagi kesehatan ndak main-main. Seolah ilustrasi gunung salju di daerah kutub, Â kondisi kanker alias dompet super ramping, bisa jadi hanya puncaknya. Di balik permukaan laut, Â terdapat banyak dampak buruk lainnya. Bahkan beresiko menjadi sumber penyakit serius. Â Seperti judul yang saya ambil, Â dimana kita cenderung berburu takjil serba manis, Â penyakit diabetes lah yang mengintai. Juga obesitas, Â kondisi tubuh yang rentan mengundang beragam jenis penyakit.
Mengapa Sugar Rush?Â
Ijinkah saya meng-kopi-paste salah satu bagian dari referensi yang saya rujuk untuk tulisan ini;Â
Peneliti utama, Dr. Konstantinos Mantantzis dari Universitas Humboldt, Berlin, mengatakan, gagasan bahwa gula dapat meningkatkan suasana hati telah berpengaruh dalam budaya populer sehingga banyak yang mengonsumsi makanan manis dengan tujuan untuk melawan kelelahan.
Di sisi lain, Â budaya populer tersebut di atas, Â seolah diperkuat pula dengan anjuran berbuka mengikuti sunnah Rasulullah. Berbukalah dengan yang manis -- sebagai pengimbang dari hidupmu yang sungguh pahit. Eh, Â kalimat kedua hanya pemanis.
Padahal,  sebutir kurma atau seteguk air putih yang dijadikan pembatal puasa Rasulullah,  sangat jauh dari kenyataan pilihan kita untuk term 'Yang Manis'.  Yang manis untuk kebanyakan pilihan kita,  minuman dingin kemasan,  kue-kue basah,  puding,  es buah,  dan masih buanyaaak lagi.  Itupun masih ada pula sepiring gorengan,  ekstra pizza on saturday nite,  juga cemilan cepuluh cebelas dua belas. Intinya,  banyaaak makanan di samping sepiring nasi dan lauk pauknya.Â
Masih dari web Kompas, Â pagi tadi sekilas saya menyimpan satu thread menarik. Bahwa, Â data temuan terbaru tim jurnalis mereka, Â satu dari enam warga Indonesia mengonsumsi gula secara berlebihan. Angka ini, Â setara dengan sekitar 17.6 dari total 271 juta lebih rakyat Indonesia saat ini. Â