Presidensi G20Â mengalirkan angin segar ke banyak sektor di negara kita tercinta, Indonesia. Di samping kelegaan telah benar memasuki masa endemi, usai pandemi panjang selama hampir dua tahun penuh, terpilihnya Presiden Joko Widodo sebagai salah satu unsur keketuaan G20 bersama Italia dan India. Dikenal pula dengan istilah Troika. Ada pula KTT tahunan G20 yang akan dilaksanakan di Denpasar Bali, di November mendatang.
Lalu, apa yang diharapkan dengan posisi presidensi ini? Khususnya bagi para difabel?
Sedikit referensi, saya kutip dari laman Bappenas RI. Utamanya Pilar ke-3 Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif. Pilar ini menyebutkan 'Perluasan Akses dan Kesempatan, dengan beberapa sub pilar, dimana saya khusus mengutip yang pertama 'Kapabilitas Manusia'. Indikator di sub pilar ini, di bagian pertama menyatakan 'Angka Harapan Lama Sekolah'.
Mengapa menggunakan kutipan di atas?
Kutipan referensi berikutnya, dari rilis di web Kompas Indonesia per tanggal 14 April 2022 dengan penulis Sekar Gandhawangi, di paragraf awal menuliskan: '... Penyandang difabilitas ... ruang berekspresi dan berdaya mereka mesti disediakan. Hal ini juga mendukung pemenuhan hak atas kesempatan yang setara bagi setiap orang ...' - Kompas, 14/4 2022).
Kalimat yang saya kutip, semacam menunjukkan bahwa faktanya, ruang berekspresi dan berdaya masyarakat difabel belum sepenuhnya tersedia. Hak-hak mereka BELUMÂ setara dengan masyarakat normal lainnya. Umumnya, kita akan segera merasa 'WAH' ketika salah seorang penyandang difabel memiliki jabatan, status, atau posisi, yang jamak dimiliki kita yang memiliki fisik normal.
Kerap sulit memandang kebisaan, kemampuan, kecakapan masyarakat difabel, sejatinya setara. Perbedaan dari kekurangan fisik, seringkali mendapat porsi perhatian lebih besar. Padahal, justru dengan keterbatasan fisik tersebut, para difabel memiliki kecakapan khusus yang membuat mereka bisa mengerjakan apapun yang mereka sukai. SAMAÂ dengan kita yang memiliki fisik normal.
Sejak merdeka, berbagai jenis pendidikan telah disediakan bagi para difabel. Namun, bahkan sampai April 2022, menara gading yang kita kenal, masih tampak tinggi bagi mereka. Entah kapan bisa terlihat sama rata.
Tantangan pendidikan besar, dimana Bank Indonesia, dengan keserba-baikan Presidensi G20, semoga mendanai satu project khusus. Dimana satu institusi pendidikan, memiliki tenaga pengajar difabel yang qualified, mengajar dan belajar dengan kita yang fisiknya normal. Bahwa, kecacatan fisiklah asal dari gelar difabel. Kecerdasan, kecakapan, kemampuan, masih sangat bisa diadu.