Satu sudut di salah satu Warung Kopi di pusat kota. Seorang gadis tanggung, duduk membelakangi pintu masuk dan sepenuhnya tenggelam bersama tarian jemarinya di keypad laptop. Wajahnya menatap langsung ke monitor. Posturnya yang tegak, tak bergerak. Yang terlihat, barisan kata, kalimat, paragraf terus bertambah. Penulis, batinku.
Pandangan yang tak bisa kuabaikan. Aku juga membelakangi pintu masuk warung ini. Bukan apa-apa. Saat mencari-cari tempat duduk yang pas, satu papan kayu putih tampak jelas di dinding yang kebetulan tepat juga berada di depan si gadis. User dan password wifi. Aku juga ke warung ini untuk bekerja.Tapi, hanya cukup pakai tablet. Saat menanyakan, mengapa internet mereka begitu cepat dan stabil, pemilik warung bilang, "Kami menggunakan IndiHome, mbak. Internetnya Indonesia.."
Aku tersenyum setiap mengingat itu. Pilihan yang tak salah, karena di rumahpun aku menggunakan jaringan internet yang sama. Tiba-tiba..
"Iya. Setengah jam lagi aku akan kembali ke kantor. Tenang, kamu kan tau aku sangat benci terlambat."
Gadis di depanku ternyata sedang bercakap di HPnya. Wah, penulis yang juga seorang pekerja kantoran, gadis yang tangguh -- masih aku, bercakap sendiri dengan batinku.
Dua pekerjaan yang juga pernah kulakoni, belasan tahun lalu. Sembilan jam bekerja, Senin sampai Jumat. Jika misalnya si gadis belum menikah, jam bekerja, profesi freelance-nya, tentu aman dari tambahan pekerjaan domestik rutin harian. Kondisi yang sampai saat ini pun, masih eksis dan dilakukan banyak orang. Laki-laki atau perempuan, sama saja.
Tiga pilihan profesi, terjalani, tentu menuntut dukungan tertentu. Koneksi internet, salah satu contoh dukungan utama tersebut. Jika paket data biasa cukup untuk aktivitas kontrol chat online atau email, manfaat internet terbesar dibutuhkan di proses unggah dan unduh beragam jenis data. File, foto, video, di ribuan jenis profesi. Baik freelance, pekerja kantoran, pekerja rumah tangga, bahkan kombinasi ketiganya sekaligus.
Distraksi sedikit renungan di atas, aku terhenyak saat satu sosok melintas di depanku. Ah, si gadis tampaknya sungguh akan kembali ke kantornya. Tak kurang, pun lebih, dari yang tadi ia sebut sebagai 'setengah jam'. Aku sendiri mengerling ke layar tabletku. Salah satu lot saham yang sedang kupantau, bergaris hijau, dengan grafik masih beranjak naik. Saham bisnis telekomunikasi, Telkom Indonesia, masih menjadi portofolio saham favoritku.
*Selong, 14 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H