Tadinya cukup sulit mengingat-ingat, sebenarnya, benarkah kita memiliki satu tradisi sahur tertentu? Namun, saya lantas mengenang momen puasa sebelum pandemi. waktunya antara tahun 2018 atau 2019 lalu. Saat itu, saya menuliskan serunya dibangunkan sahur oleh sekelompok pemusik Tongkek. Tongkek adalah alat musik pukul yang terbuat dari bambu. Semakin unik, karena kelompok pemusiknya juga sesekali membawa renceng. Renceng merupakan salah satu alat musik dari kelompok Gendang Beleq.
Riuh tabuh Tongkek, ditingkahi 'berisik'nya Renceng, menjadi musik latar 'lagu' pembangun sahur tanpa judul, penyanyi atau pencipta lagu. 'Sahhhuuurrrr, sahhhuuurrr...Ayo kita bangun sahhurrrr...'. Kadang-kadang reffnya sudah tak bernada, 'Ibu-ibu, bapak-bapak, kakak, adik, nenek juga kakek, bangun sahhhuuurrrr...!!' Pastinya juga bukan rapp, karena pengucapan dan penekanan permintaan bangun, sungguh harus diberikan tanda baca '!'. ^^
Tiada Lagi Tongkek Sebagai Pembangun Sahur
Kini, ragam cara membangunkan sahur, mengimpresikan hal berbeda. Bahkan seorang Moh. Agus Salim, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kementerian Agama, merasa perlu mengingatkan ulang cara baik membangunkan sahur (Selengkapnya di sini). Bisa jadi sikap tersebut, untuk merespon satu 'protes' yang sempat viral di awal puasa lalu.
Siapa tak kenal Zaskia Adya Mecca? Zaskia mengunggah satu rekaman suara pembangun sahur di masjid dekat rumahnya, di salah satu sosmed. Buat saya, sebenarnya terkesan lucu. Manalagi, cara yang sama juga pernah terjadi di kampung saya, satu kota kabupaten di sisi timur Lombok. Namun, agak mengganggu bagi Zaskia. Menurutnya, '...kita tinggal di Indonesia yang agamanya pun beragam.. Apa iya dengan begini jadi tidak menganggu yang lain tidak menjalankan Shaur?!' ... (Dikutip di sini).
Yang menarik, Zaskia kembali mengunggah satu cara membangunkan sahur lainnya. Namun kali ini, dianggapnya cukup sopan. Rekaman sekelompok anak-anak, menabuh tambur dan membangunkan sahur tanpa set sound system, diunggahnya di sosmed yang sama sekitar sepekan kemudian dari post rekaman TOA/Speaker masjid.Â
Dua cara yang sebenarnya cukup umum di Indonesia, utamanya di perumahan atau wilayah dengan warga muslim yang banyak. Di kota kelahiran saya, sempat ditambahi warna baru. Yakni Tongkek dan sebagian alat musik Gendang Belek. Sayangnya, karena pandemi, kelompok pemusik Tongkek tak ada lagi.
Tradisi Sahur Baru Saat Pandemi
Adakah? Bagi saya, belum ada. Di samping mewariskan ulang anjuran baik, mengakhirkan sahur, praktis tak ada hal unik lain saat sahur. Lalu, juga saling mengingatkan untuk tidak tidur usai sahur, apalagi jika belum menunaikan sholat subuh. Well, apa mungkin membuat satu tradisi baru sendiri ya? Misal, selalu bareng-bareng sama anak-anak, mengajak mereka berjemaah subuh di masjid raya kota. Kemudian, bersama pula menikmati momen terbitnya fajar.Â
![Anak-anak dan masjid, semoga selalu tentang kenangan baik. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/01/meneladani-kisah-nabi-dan-rasul-608cc5038ede4807756486e2.jpg?t=o&v=770)
*Selong 1 Mei 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI