Saat pertama ini terjadi, entah saya harus ikut terkagum-kagum atau sesak nafas menahan tawa yang meledak. Tawa yang harus saya redam selama dua kali puasa, alias dua tahun. Cek and ricek, ternyata, saat itu Yusuf Alfa sedang 'bertarung' dengan sepupunya yang sebaya. Mereka 'balapan', seberapa banyak berhasil bangun dan menyaksikan langsung pasukan pembangun sahur beraksi.
MasyaAllah, baiklah. Meski saya tak tahu hasil akhir 'balapan', saya tetap harus berterima kasih. Demi Yusuf Alfa tak perlu dibangunkan susah payah setiap sahur, karena Jenggirat! Ia akan langsung  bangun sendiri, langsung berdiri di dekat jendela, memastikan musik pasukan pembangun sahur benar-benar sudah sayup. Penanda mereka sudah berjarak satu blok dari rumah. Begitu terus, hampir sebulan puasa penuh. Alarm yang, begitulah ..
Tahun ini? Tak ada balapan. Pasukan pembangun sahur masih eksis. Namun, Yusuf Alfa harus saya bangunkan dan baru berhasil saat nasi di piring habis setengahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H