Tahun ini, kangkung menambah panjang daftar makanan yang harus saya hindari. Tekanan darah rendah dan ancaman vertigo masih menjadi ujian bagi tubuh saya. Jika sebelumnya sudah berhasil mengatasi maag dan beberapa fobia (cacing, kecoa dan sebagian jenis ulat), dua 'penyakit' ini belum saya temukan cara mengatasinya. Saran begini begitu, berenang, lari, dua kemampuan yang masih harus saya pelajari sungguh-sungguh. Di setahun terakhir saya makin berani snorkeling. Namun, untuk lari, tubuh saya masih hanya sanggup berjalan jauh.
Jadi, dua hari pertama puasa, tak ada pelecing kangkung. Baik di menu berbuka, apalagi saat sahur. Saya juga harus memaksakan diri mengkonsumsi sebanyak mungkin protein hewani. Mengingat masih harus juga membatasi diri mengkonsumsi ikan laut (karena resiko asma kumat), pilihan tersisa hanya ikan air tawar dan daging-dagingan.
Di Lombok, menu daging-dagingan mudah ditemukan di warung-warung makan. Yang paling umum, tentu saja ayam. Sebut semua resep olahan ayam, insyaAllah, pasti ada. Ayam Taliwang tentu saja selalu pantas direkomendasikan. Berbahan utama ayam kampung yang masih muda, seporsi ayam taliwang bisa sekali habis saat berbuka dan sahur.
Untuk daging sapi, yang paling umum soto. Namun, di kota kelahiran saya di Selong, sebagian besar soto dimasak dengan resep Sasak Lombok. Yang berubah, jika sepuluh atau lima belas tahun lalu saya bisa yakin berucap, minim kecap, sekarang hampir wajib diberikan kecap. Tambahan yang harus selalu saya minta diabaikan. Sekarang, saya tidak terlalu suka kecap manis. Mungkin karena kata manisnya kadung tersugesti sebagai gula, di otak saya.
Selain soto, jenis rawon, gulai dan tentu saja bebalung. Masalahnya, bebalung, ya an sich seperti arti kata itu. 'Bebalung' berarti 'tulang' di bahasa Indonesia. Meski gurih dan lezat, daging sapinya minimalis.
Tapi tunggu, di dua kota yang sekarang saya akrabi, saya masih bisa berbagi berapa spot untuk berburu menu sahur. Di Mataram, ibukota propinsi, tempat-tempat ramai masih di sekitaran kampus negeri, Universitas Mataram. Area Gomong, Kekalik sampai perempatan Taman Budaya, tiga spot utama berburu menu sahur. Di Selong, kota kabupaten Lombok Timur, juga berada di sekitar kampus STKIP Hamzanwadi Pancor.
Di perempatan masjid jami' Pancor, serta di ruas jalan raya setelah RSUD Dr. Soedjono. Khusus spot terakhir, terkenal sebagai Nasi Maling. Hmm, bisa jadi karena jam bukanya pas jam maling yak. Duh, maaf para maling.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H