Saya kembali menjadi ibu pekerja di lima bulan terakhir. Tak terasa. Tak terasa juga sudah jalani keterpisahan dengan keluarga kecil saya, pun keluarga besar, berjarak puluhan kilometer. Lokasi kantor di ujung barat Lombok, sementara tempat tinggal saya berada di ujung timur. Tepatnya, kantor di kawasan wisata Pantai Senggigi dan rumah keluarga di kota Selong, terpisah dua kabupaten. Timur, Tengah dan Lombok Barat.Â
Akan tersebut sebaliknya, ketika di akhir pekan saya pulang dan berkumpul selama dua hari dua malam. Jalani Long Distance Relationship. LDR yang terbayar tunai, di setiap akhir pekan. Tepatnya, saya jalani sejak Nopember tahun lalu, sampai tulisan ini tayang.
Ekstra semalam, jika saya dapatkan pinjaman motor. Jadi, selain libur bekerja, kesempatan berkumpul dan bercengkerama menjadi dua hari tiga malam.
Tak terasa pula, Ramadhan menjelang. Rutinitas yang sudah mulai terasa asyik, agak menjadi kompleks. Bagaimana puasa anak-anak saya? Penuhkah tarawih mereka nanti? Praktis, empat pekan penuh saya masih lebih sering berada di Lombok Barat (Lobar).
Baru dua dari sekian banyak permasalahan klasik, berkait Ramadhan, kemudian perayaan kemenangan berpuasa sebulan di 1 Syawal nanti. Well, see? Satu Ramadahan -- kabarnya, baru akan dimulai malam  nanti. Masih berjeda sekira 5 jam kemudian, di waktu Indonesia tengah (WITA). Tarawih pertama, sahur pertama dan puasa hari pertama.
Jika saja Lombok memiliki BRT dengan jadwal PP Lombok Barat, Tengah dan Timur yang tepat waktu, tentu akan ringan bagi saya menyambut serba pertama Ramadhan bersama keluarga. Sayangnya, transportasi publik di Lombok sedang mati enggan hidup pun begitulah.
Lima enam bulan terakhir rutin pulang pergi (pp) ujung timur Lombok ke barat, serta sebaliknya, memulai perjalanan selepas subuh masih yang terbaik. Saat ini, opsi yang hanya bisa saya pilih ketika berangkat dari kota Selong, Lombok Timur (Lotim).Â
Di bis mini, umum disebut engkel, teman seperjalanan saya seringkali para PNS atau ibu-ibu guru yang tersebar. Mulai dari kota-kota kecamatan di Lotim sendiri, sampai beberapa karyawan di dinas-dinas propinsi di kota Mataram. Perjalanan masih bisa tertempuh selama satu jam saja. Jadi, berangkat sekitar pukul setengah enam pagi, atau tepat di enam pagi, para karyawan dan guru-guru bisa sampai di kantor mereka tepat jam tujuh.
Tiga hal rutin pokok, berulang selalu, setiap Ramadhan tiba. Beberapa Ramadhan klasik lainnya, menyanggupi permintaan anak-anak. Keutamaan mereka dapatkan baju lebaran baru. Â Untuk kuliner, mungkin sekarang saya bisa penuhi target personal.Â