Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Titian Pelangi

17 Februari 2018   12:19 Diperbarui: 17 Februari 2018   12:38 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orange sunset Senggigi Beach Lombok. Dokpri

Tiga  pagi setelah Rabu abu
Di fajar yang meninggi
Pulas biru samar bersaput tipis putih awan 

Seringan kapas
Jejakku menapak titian warna warni pelangi
Kuketuk lembut gerbang abu-abu pekat 

Apa yang kau nikmati dari hitam pekat?
Adakah ia sewindu kurang satu purnama dari titian warna pelangi
Putih pias dari biru kristal 

Pastel di merah saga darah
Gading menguning di samar kabut
Setombak di pucuk tertinggi dedaunan 

Dengarkan kidungku tentang biru mengental pada pekat hitam
Mauku bukan tentang muara segara luka
Akan tiba masa, biru nan samar menjadi candu semua perindu 

Sebut semua kata cintaku
Ujung dari secawan nafsu
Ini aku, seringan kapas, jejaki titian warna warni pelangi 

Saga memerah, kuning pudar, coklat nan manis
Pilih titianmu sendiri
Dan kupandangimu, masih, dari duniaku sendiri

Jadi Arin, seribu satu pelangi dimatamu yang menari
Lekatkan ia dengan berjuta bintang
Untukku masih enggan berhenti tatapinya, perangkap di detik-detikku setiap terjaga

Karena di ujung negeri
Ada yang masih ributkan warna warni pelangi
Enggan menyatu, merobek setiap batas, latar putih pada merah, hijau, kuning, nila dan banyak warna lain

Mereka yang inginkan pekat merah menghitam
Di wajah, di hati, di negeri bertatah ratna mutu manikam
Berat bagi mereka, hijau rupa-rupa, biru tosca sampai pun biru pekat pegunungan, terpandangi damai

Lalu Arin, lekati setiap pelangi yang kau tatapi
Akan selalu ada aku, merangkai cantik warna warni
Demi kidung damaiku, atas nama sayang dan cinta, pekat di banyak wajah dan hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun