Di sekian banyak mauku yang kau turuti
Tolong lakukan lagi yang satu ini
Diamlah
Dan dengarkan saja
Sebelumnya, ijinkan telapak kananku erati pipi kirimu
Ada hangat yang harus kau rasakan
Dan pipi kananku lekat pula di pipimu
Demi yakinku, kata-kataku tepat terdengar pun sampai di gendang kanan
Benar aku perempuan yang menyukaimu
Benar pula aku, perempuan yang telah cintai terlalu banyak hati
Kini, rasanya tak benar jadikanmu yang ke sekian
Atas cinta yang sebentar lagi harus aku kembalikan pada Sang Maha Pencinta
Jadi, kini aku hanya bisa titipkan
Selaksa cinta yang aku tahu
Pada lebih dari empat windu purnama
Berbilang dua di hitungan purnamamu, walau angka-angka kau matikan atas pikirmu yang luas jelajahi semesta
Cinta tentang wajah memerah tomat
Saat ujung bayang si terkasih terasa hadir dihatimu
Cinta juga masih ada, pada airmata tanpa suara
Untuk yang kau cintai, terasa dan benar jauhimu
Juga masih terasa cinta, pada kalimat-kalimat tinggi
Sesekali, mungkin, tampar tangan
Atas segala rasa yang tak sampai
Pun membuatnya harus diteriakkan sekeras mungkin
Diamlah dulu
Masih ada hari dan waktu
Jika ada yang ingin kau bantah
Atau kau iyakan
Tapi, abaikan dulu sebentar
Jika dingin di pipi kananmu, tak hilang meski hangat telapak kananku masih lekati pipi kirimu
Ada banyak cinta yang tak bisa kukisahkan
Mengalir ia bersama airmataku
Ada satu cinta yang sungguh-sungguh kuingin kau rasakan juga
Cinta yang sering tak bernama
Kau berikan dan terima sungguh tanpa syarat
Ia lahir dan terus menerus ada, ketika satu nyawa buah cintamu terlahir, kemudian teruskan kental cinta di alir darah berikutnya
Ada pula cinta, yang hampiri hati 7 milyar manusia bumi
Yang ini, pilih sendiri nama yang kau sukai
Doaku, selalu kau miliki cinta serba baik
Dari dan ke manusia, atau sekadar pindahkan bangkai burung yang dikerumuni semut di atas trotoar ke rimbun hijau rerumputan
Sekarang aku lega
Akan kulepas wajah penuh tawamu
Lalu, mari hanya saling menatap
Kini aku akan bisa, penuh-penuh mencintaimu di duniaku sendiri